tag:blogger.com,1999:blog-16490555325731565462024-03-13T20:00:52.471-07:00Fairy Tale At NightFairy is flying around the world. Spread the pixie dust to all children and human. Make them believe to miracle and to love. At night, all fairies wake up from their long hibernation. Only to whisper to the creatures, that music and love, are two things which make ur life's going better... That fairy... is me... ^^Fairy Tale At Nighthttp://www.blogger.com/profile/10885161554234368946noreply@blogger.comBlogger34125tag:blogger.com,1999:blog-1649055532573156546.post-48613387531227430362011-03-28T08:11:00.000-07:002011-03-28T08:11:57.052-07:00Double Attack<div style="text-align: justify;">Pufft. Badan ku rasanya remuk (sapa suruh habis dari skul langsung ke warnet?), ngantuk (makanya tidur), laper (sudah ditawari makan sama ortu malah ditolak), sakit hati (makanya ga usah di urusin). Semua itu cuma sekilas gambaran untuk kondisi ku saat ini. Rasanya, Dewa Atlas baru saja menimpakan bola dunianya pada ku.</div><div style="text-align: justify;">Jam 3 sore tadi, seharusnya aku mengerjakan tugas ku untuk lomba yang harus ku persiapkan. Tapi, semuanya berantakan saat aku iseng membuka blog langgananku. Headlinenya tertulis besar-besaran, JYJ BATAL KONSER DI INDONESIA. Kalo mau lebay, beginilah perasaan ku saat itu. Jantungku rasanya ketiban bom atom Hiroshima-Nagasaki, aliran darah ku langsung membeku kayak ditaruh di freezer selama 2 minggu, mataku melotot sebesar bola basket, untung aja ga sampe jatoh. Otakku yang tadinya hanya ku dedikasikan untuk lomba, tadi malah berubah haluan secepat angin tornado. Ini baru membaca headlinenya, pas ku baca artikelnya, waduh, ga tau deh. Hancur lebur remuk redam. Awalnya, pembatalan konser JYJ itu dikiran didasari oleh skandal Yunjae. Dari blog itu, katanya Jaejoong diduga ehem, adalah seorang gay dan seperti yang kalian tahu, kalo Indonesia itu amat sangat lebay. Makannya mereka tidak memperbolehkan JYJ datang ke Indonesia.</div><div style="text-align: justify;"> Hmm, sebagai K-Pop, aku tau Yunjae pasti jadi favorite couple walaupun bukan oleh para Cassie. Jadi, mungkin bagi mereka yang termasuk fans Yunjae, sangat tidak rela kalau 2 namja itu harus berpisah. Para fans Yunjae itu akhirnya menghalalkan segala cara buat bikin mereka balikan lagi. Aduh..... Aku percaya kalian udah dewasa, tapi kan permasalahannya ga semudah itu. Ini masalah kontrak, masalah uang, kepercayaan. Kalau kalian benar para Cassie, apa kalian tidak merasakan perasaan Jaejoong saat kalian meneriakkan nama Yunho di depannya? Kalian pikir dengan senyum itu dia berarti bahagia? Kenangan 6 tahun bukanlah kenangan yang bisa dilupakan dengan mudah. Apalagi kenangan antara Jaejoong dengan Yunho. Sekarang, saat dia sudah merasa mampu melangkah tanpa melihat ke belakang, apa kalian tidak mau membantunya?</div><div style="text-align: justify;">Kalau kalian penasaran, cari saja di Youtube dengan kata kunci "Shy Boy, JJ!! when cass shouted Yunho", "Jaejoong respond to Yunho_Yoonjae compilation", "Jaejoong was so shy when fans shouted Yunho's name." Beneran deh, walaupun Jaejoong senyum-senyum doank disana, dia itu sedang menahan air mata.....!!! Arrrgghhh.... Ayolah. Kalau kalian benar para Cassie dan merasa diri kalian manusia, biarlah dia hidup dengan masa sekarang. Bukan dengan masa lalu bersama TVXQ. Jika kalian ingin TVXQ kembali besatu, bukan begitu caranya! Kalian hanya membuat JYJ terus berada di bawah bayang-bayang TVXQ dan SM Entertaiment.</div><div style="text-align: justify;">Setelah aku mencari-cara informasi pembatalan konser JYJ di Indonesia, ternyata penyebab utamanya adalah promotor konser Indonesia yang ga becus. Huh!!! Sumpah deh aku malu banget sebagai warga negara Indonesia. Ternyata, mereka menjual tiket tanpa konfirmasi ke Cj-es Entertaiment terlebih dahulu. Ga jauh beda kan sama nilep uang orang. Ya ampun. Beneran deh.</div><div style="text-align: justify;">CJ-es Entertaiment sebenarnya udah ngasih peringatan, tapi ternyata diulangi lagi sama promotor Indonesia. Minta ditabok emang tuh.</div><div style="text-align: justify;">Dan kalian tahu, CJ-es mengatakan kalau jika JYJ konser di Indo, mereka takut hal itu akan merusah image JYJ. Awalnya au ga ngerti, tapi setelah dijelasin temenku, akhirnya aku mendukung keputusan ini. Kalian tahu saat SHINee datang kesini? Oh Tuhan, panggung sempit, kabel berantakan, speaker kondangan, background panggung gitu-gitu aja. Please deh. Mereka yang biasanya tampil di Mubank atau di Inkigayo dengan wow nya tiba-tiba harus manggung di panggung kaya gitu. Apa ga malu-maluin namanya? Lagu Lucifer yang juga biasanya energik, tiba-tiba hilang mantranya. Aku tidak merasakan apa-apa saat SHINee menyanyikan Ring Ding Dong, Lucifer, dan Hello. Aiggoo.</div><div style="text-align: justify;">Beneran deh, double attack banget hari ini......</div>Fairy Tale At Nighthttp://www.blogger.com/profile/10885161554234368946noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1649055532573156546.post-54811932926612885162011-03-27T01:54:00.000-07:002011-03-27T01:54:48.372-07:00Fairytale<div style="text-align: justify;">Aigoo. Baru aja selese nonton Naughty Kiss dari episode 1 sampai 16. Pufft. Baru tau ternyata namja dongsaeng ku suka banget sama K-Drama. Kirain cuma iseng doank. Haha.</div><div style="text-align: justify;">Ceritanya so sweet banget. Beneran deh. Apalagi episode-episode terakhirnya. Totally drive me crazy. Ahaha..</div><div style="text-align: justify;">Tapi, selalu ada yang hilang tiap aku selesai menonton film atau membaca buku. Mungkin, bagiku film atau buku adalah dunia lain yang memang hanya hidup dalam imajinasi ku semata. Semuanya hanya pengalih perhatian dari hari-hariku yang biasa. Setiap aku menonton film, seakan aku juga pemain di dalam sana. Aku juga mengambil peran penting dalam jalannya film itu. But, after all conflicts have been solved and The End word has been written at the end of story, suddenly I'm lost. Film itu meninggalkan ku sendiri. Sementara film itu telah berhenti, aku ternyata masih disini, tidak ada kata tamat yang membuat semuanya terasa mudah.</div><div style="text-align: justify;">It's not that I don't love my life, I really love it. Tapi, terkadang, cinta saja tidak cukup untuk merubah keadaan. Dibutuhkan usaha. Dibutuhkan doa. Dibutuhkan keajaiban. Permainan takdir. Itu dia masalahnya. Aku tidak tahu harus mulai berusaha darimana. Guru-guru ku tidak pernah mengajari bagaimana cara hidup yang sebenarnya.</div><div style="text-align: justify;">Film Naughty Kiss, terasa seindah fairy tale yang berakhir dengan bahagia. Walaupun pada awalnya Ha-Ni sangat kesusahan meraih cinta Seung-Jo, akhirnya mereka menikah juga. Apa semudah itu hidup? Kau hanya perlu bermimpi dan tiba-tiba saja semuanya menjadi kenyataan? Ha-Ni memang tidak hanya bermimpi, dia juga berusaha, dia dicacimaki, dia disakiti sampai akhirnya Seung-jo mau melihat ke arahnya.</div><div style="text-align: justify;"> Mungkin, inilah yang tidak pernah ku lakukan. Berusaha. Aku terlalu lelah dan letih untuk berusaha. Aku takut gagal. Di satu sisi, aku ingin berhasil. Tapi perasaan takut gagal itu lebih besar daripada perasaan ingin berhasil. Karena itulah, aku hanya terjebak disini.</div><div style="text-align: justify;">Apakah benar-benar ada fairytale di luar sana? Fairytale yang benar-benar berakhir bahagia? Aku ingin tahu. Agar aku yakin bahwa suatu saat nanti, aku juga akan merasakannya.</div><div style="text-align: justify;">Atau, paling tidak, apakah ada manusia atau gadis sempurna di luar sana? Gadis yang cantik, pintar segalanya, kaya, mempunyai kekasih yang juga kaya dan tampan? Apakah memang ada? Mereka yang terbuat dari sendok perak. Hanya tinggal meminta dan semua yang mereka inginkan langsung terwujud.</div><div style="text-align: justify;">Jika aku bisa memilih, hidup macam apa yang ku inginkan? Tentu saja hidup yang mewah, hidup yang penuh dengan kartu kredit di sekelilingku, hidup dengan teknologi canggih yang selalu up to date, hidup dengan teman-temanku, hidup dengan kesempurnaan yang tiada akhir.....</div><div style="text-align: justify;">Ku pikir, selama ini aku tau tujuan hidupku. Ternyata aku salah. Aku masih tidak tahu harus melakukan apa di masa depan. Apa aku akan terus menulis? Apa aku akan tetap secantik ini? Apa Kim Jaejoong tetap mencintaiku? Hehehehe. Intinya, walaupun aku bisa menyelesaikan soal Matematika yang rumit, menganalisis teori Sosiologi, menghitung jutaan uang dengan rumus Akuntansi, aku masih tidak tahu jawaban untuk hidupku. Aku, yang dulu dengan mantap melangkah untuk masa depanku, sekarang kebingungan. Tapi, bukankah hidup itu kejutan? Kau tidak akan tahu apa yang akan terjadi pada hidupmu pada detik selanjutnya. Mungkin saja, saat kau memesan makanan di restoran, kau menabrak seorang lelaki dan ternyata dia ada jodohmu. Mungkin saja, kau yang dulu sangat mantap mengambil jurusan Kehutanan malah nyasar kerja di bank negeri. Tidak ada yang tahu rencana Tuhan. Don't pretend u can control everything.. Seperti di Naughty Kiss, the stupid Ha-Ni akhirnya bisa menikah dengan the genius Seung-jo. Dia yang dulu ditertawakan karena kemampuannya, mampu membuktikan bahwa dia bisa... Itu mungkin hanya terjadi di film. Tapi.... sekali lagi, siapa yang tahu? Lebih baik berhenti mencari jawaban. Biarkanlah hatimu mencari sendiri jawaban itu. </div><div style="text-align: justify;">Semakin aku berpikir, semakin aku sadar. Hidup itu perjuangan. Semua hal pasti selalu ada akhirnya. Tuhan tidak mungkin membuat hidupmu sesempurna itu. Saat kau merasa beruntung, tiba-tiba saja Dia mengirimkan hal yang membuatmu merasa menjadi orang paling malang sedunia. Aku sudah berkali-kali merasakan ini. Tuhan itu lucu. Saat keadaan terasa sempurna bagiku, dia membalikkan semuanya. Saat aku merasa sangat tidak beruntung, tiba-tiba saja dia mengirimkan keajaiban yang bahkan terlalu indah untuk dipercaya. Tapi, di luar semua itu, Tuhan memang selalu ada untukku. Tidak perduli berapa kali aku melanggar perintahnya, berapa kali aku marah padanya dan tidak mempercayainya...</div><div style="text-align: justify;">Suatu saat nanti, aku pasti akan menemui sebuah akhir. Suatu hari nanti, aku pasti akan menutup buku ku dan dengan bahagia membaca kata The End... Entah kapan, aku pasti akan bertemu pangeran yang selama ini ku impikan.. Mungkinkah dia ternyata Choi Siwon? Kim Jaejoong? Park Yoochun? Han Geng? Kim Heechul? Hanya Tuhan yang tahu. Tapi, aku percaya, yang ditakdirkan Tuhan untukku pasti yang terbaik. Dia mungkin tidak sesempurna Choi Siwon atau Kim Jaejoong, tapi, cinta bukanlah mencari seseorang yang sempurna. Tapi bagaimana cara kita mencintai orang itu dengan sempurna. Dengan begitu, kita akan merasa sempurna untuk satu sama lain. Mengapa Tuhan menciptakan manusia dengan segala kekurangannya walaupun mereka sudah mempunyai akal? Karena dengan akal itu, dia bisa mencari kesempurnaan untuk dirinya sendiri melalui orang lain. Puzzle tidak akan ada bentuknya jika kita belum menemukan dan memasang semua piece yang diperlukan. Maka, kita harus mencari piece yang tepat agar puzzle kita sempurna...</div>Fairy Tale At Nighthttp://www.blogger.com/profile/10885161554234368946noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1649055532573156546.post-30740187018764289392011-03-20T05:24:00.000-07:002011-03-20T05:24:15.621-07:00Psycho<div style="text-align: justify;">Ga kerasa, besok sudah mulai masuk sekolah lagi. Kembali dengan rumus-rumus njelimet yang bikin rambutku tambah keriting. Pufft, serasa mau pinjem mesin waktu Doraemon supaya liburan seminggu semalem terulang lagi. Haha.</div><div style="text-align: justify;">By the way, bukan itu yang mau ku bahas kali ini. Lihat judul di atas? Yup, psycho! Kecanduan ku terhadap thriller movie membuat ku mampu berpikir lebih jauh tentang para psycho yang sebenarnya berkeliaran di luar sana.</div><div style="text-align: justify;">Karena aku lagi males banget buka Wikipedia yang isi nya bahkan terkadang melenceng dan sebenarnya butuh verifikasi itu, aku akan menyampaikan pendapatku saja kenapa beberapa orang memilih jadi psycho.</div><div style="text-align: justify;">Pertama, karena trauma masa lalu. Sedikit menyinggung teori sosiologi, seorang ahli mengemukakan sebuah teori pembentukan kepribadian yang disebut tabula rasa. Saat manusia baru saja lahir, dia diibaratkan sebagai kertas putih tanpa noda dan cela. Seiring waktu berjalan, si manusia tadi akan memperoleh pengalaman-pengalaman baru yang membuat kertas putih tadi terisi oleh hitam, merah, biru dan sebagainya. Nah, warna-warna atau pengalaman-pengalaman inilah yang akan membentuk si manusia tadi untuk menemukan jati dirinya. Untuk kasus para psycho, bisa jadi pengalaman yang membentuk mereka adalah pengalaman buruk dan belum bisa diterima oleh akal mereka yang masih di bawah rata-rata.</div><div style="text-align: justify;">Kedua, karena kebencian yang berlebihan. Kalo ini sih sudah menjadi alasan umum. Para psycho biasanya adalah orang-orang yang yang tidak mampu mengendalikan emosi yang ada dalam jiwa mereka. Mereka tidak mampu berpikir dengan logika dan mengedepankan apa yang basic instinct mereka katakan. Bisa jadi, karena melihat kenyataan yang ada tidak sesuai, mereka berusaha membuat keadaan dimana tidak seorang pun yang bisa bahagia sementara mereka menderita.</div><div style="text-align: justify;">Ketiga, bisa jadi sebenarnya psycho yang sesungguhnya itu adalah mereka yang mahir membohongi orang lain atau menjadi seseorang yang sama sekali bukan diri mereka sendiri. Kalian pernah nonton "Orphan"? Pembunuhnya, Esther, mahir sekali mengelabui orang-orang di sekitarnya sehingga menganggap si Esther ini hanyalah gadis imut manis lucu berumur 9 tahun. Bahkan dia berhasil membohongi seorang psikolog ternama! Ternyata oh ternyata, Esther adalah wanita dewasa berumur kalo ga salah 30 tahun. Dia menderita gangguan hormon dan membuat tubuhnya terlihat seperti anak kecil. Jadi, waspadalah terhadap lingkungan sekitarmu. Teknologi yang berlimpah bukanlah jaminan kau akan selamat dari para psycho yang sebenarnya mengintai dimanapun dan kapanpun. Dunia bukanlah lagi tempat aman untuk bersembunyi.</div><div style="text-align: justify;">At least but not last, beberapa thriller movie yang ku tonton benar-benar membuatku gemas. Si korban malah lari ke tempat sepi daripada ke tempat ramai seperti jalan raya. Ini beberapa tips kalo ternyata kamu benar-benar bertemu dengan si psycho ini.</div><div style="text-align: justify;">Jangan pernah lari ke tempat sepi. Jika ternyata kau memang ada di tempat sepi, ingat-ingat kemana arah jalan raya atau tempat ramai lainnya.</div><div style="text-align: justify;">Jangan panik. Panik hanya membuat keadaan bertambah parah. Jangan berteriak meraung-raung memintanya untuk tidak membunuhmu atau bertanya apa kesalahanmu, kau hanya akan menyiram bensin pada api dan memacu bom dalam dirinya untuk lebih cepat meledak. Tidak akan ada gunanya. Tetap pertahankan akal sehatmu. Seorang psycho selalu menganggap dirinya pintar daripada siapapun. Padahal, hal ini semata-mata karena yang terancam bukanlah dirinya, melainkan kamu.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Well, hanya itu yang bisa ku posting untuk saat ini. Thanks for reading. Semoga bermanfaat... ^^</div>Fairy Tale At Nighthttp://www.blogger.com/profile/10885161554234368946noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1649055532573156546.post-90527982441792530552011-03-18T20:30:00.000-07:002011-03-18T20:30:09.860-07:00Fanfiction JYJ: The Mind Part 4<!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><!--[endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin-top:0in;
mso-para-margin-right:0in;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0in;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;}
</style> <![endif]--> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <b>Cast : JYJ (Junsu, Yoochun, Jaejoong)</b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <b>Cameo : Dylandia Elfyza</b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b> Genre : Romance, Mystery, Tragedy</b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b> P.S. Tolong tinggalkan jejak bagi siapapun yang sudah baca ya. Makasih. Dilanjutkan atau tidaknya fanfic ini tergantung pada respon kalian... Gomawo ^^</b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Jaejoong POV</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Kalian punya palu? Atau traktor? Atau benda apapun yang bisa menggilas kepalaku sampai hancur? Aku benar-benar membutuhkan itu sekarang. Ah, satu lagi, aku juga sangat membutuhkan obat yang bisa membuat amnesia. Kejadian di kamar barusan membuatku serasa tidak punya muka lagi.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Pelayan yang mengantarkan makanan kami sudah pergi dari 5 menit yang lalu. Tapi aku masih tidak mempunya nyali untuk segera kembali ke kamar tempat Dyland pasti sedang tersenyum bahagia sekarang.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Bah! Aku mengepalkan tanganku. Mencari objek apa saja yang bisa ku pukul untuk melampiaskan rasa marah ini. Dia menolakku! Cuih. Dia pikir seberapa cantik sih dia? Aku bahkan bisa membeli 1000 Dyland dalam waktu satu malam.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i>Tapi kau tidak akan pernah menemukan ‘1000 Dyland’ itu. Karena dia termasuk cewek ajaib yang bisa membuatmu gila seperti saat ini. </i>Hati kecilku tertawa. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Sialan. Bahkan hati kecilku tidak mau memihakku kali ini.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Aku memegang dadaku. Debar itu makin menggila. Bukannya berkurang seperti yang seharusnya<i>. Was she just cast a spell on me? </i>Mungkin. Teringat sejak aku bertemu dengannya hari ini tadi, aku menjadi seperti orang linglung.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Tiba-tiba, ponsel yang ada di saku ku bergetar. Aku terlonjak.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Hallo..” Suara ku sepertinya masih belum kembali normal. Masih selirih tadi. Seakan yang tengah menelpon ku ini adalah Dyland. <i>Damn, </i>kenapa dia lagi sih yang ada di otakku?</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Jaejoong hyung, bagaimana dengannya? Sudah siuman?” Suara yang bernada kecemasan jelas dapat ku tangkap dari intonasi suara Yoochun.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Oh iya. Dia sudah siuman.” Jawab ku sekadarnya. Yoochun pasti tengah mengerutkan kening di seberang sana.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Lalu, kau sudah menanyakan namanya?”</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Dyland. Namanya Dyland.” Aku membeo.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Dyland.. hmm.. nama yang unik.” Yoochun terdiam untuk beberapa saat. Mungkin dia sedang meresapi nama ‘Dyland’ itu di memori otaknya.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Ah, hyung. Aku sangat khawatir dengannya. Tadi tiba-tiba saja dia pingsan. Ku rasa dia tidak terlalu sehat. Apalagi cuaca sedang panas sekali di luar walaupun ini sudah jam 6 sore. Tidak mungkin juga kalau kita antar dia pulang. Bagaimana kalau kita suruh dia istirahat dulu? Aku berani bertaruh dia tidak tahu tentang kita.” Suara Yoochun tegas dan pasti. Tapi, aku tidak ingin mengambil resiko terjebak dengannya lebih lama lagi. Bisa-bisa aku akan terkena serangan jantung.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Hyung…..” Sepertinya aku cukup lama melamun sampai-sampai Yoochun memanggilku dengan nada mendesak.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Oh, baiklah. Terserah kau saja.”</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Err, ku perhatikan hyung juga agak tidak sehat hari ini. Kau kebanyakan melamun. Ada masalah?” Ah, Yoochun. Selalu saja seperti ini. Dia lebih mengenalku daripada yang lain. Kecuali……. Shit, kenapa aku memikirkan orang itu lagi? Orang yang jelas-jelas mencampakkan kami hanya demi ketenaran semu yang sudah kami cicipi. Orang, yang dulu menawarkan kami persahabatan sejati dan arti keluarga sesungguhnya. Namun, dia pula lah yang mengajarkan kami arti rasa sakit dikhianati dan dibuang sia-sia.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Oh, aku tidak apa-apa. Sudahlah, kau dan Junsu lebih baik focus dengan acara kita. Aku harus mengurus Dyland. Dia mengatakan dia masih sangat pusing tadi.”</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Aku juga terlalu mengenal Yoochun. Aku yakin dia sedang tersenyum sekarang. “Baiklah. Aku pergi dulu hyung. Jangan kau buat gadis itu sebagai target ya. Dia milikku. Hehehe.” Walaupun Yoochun berbicara dengan nada canda, aku bisa menangkap dengan jelas keseriusan di sana. Ya, dialah yang pertama mengenal gadis itu. Mungkin memang benar, dialah yang berhak.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Aku tergelak. “Haha. <i>You’re the boss.</i> Bye.” Klik. Sambungan terputus.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Nampan berisi steak dan the hangat di meja sebelah kiriku mulai menggoda seleraku. Aku baru ingat belum makan dari tadi siang. Hmm, mungkin aku harus melupakan kejadian yang baru saja menggores harga diriku dan focus pada makanan di depanku ini. Ha! Dia kira dia saja yang bisa menggoda. Makanan ini lebih menggoda daripada dia. Paling tidak, makanan ini tidak menolak saat ku makan. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Aku kebingungan sendiri. Sekarang aku mulai berkhayal tentang makanan, bagus sekali!</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Aku membawa nampan itu kembali ke kamarku. Ku tarik nafas dalam-dalam.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Fiuh… aku tidak peduli kau secantik apa. Kau hanyalah gadis biasa. Tidak istemewa. Camkan itu!” Aku mengomel pada pintu di depanku. Seakan dia adalah Dyland yang kini tengah memandangku dengan senyum miringnya. Sial! Apa Dyland itu sejenis virus temuan baru yang bisa menginfeksi otak? Aku benar-benar tidak bisa melupakannya.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Aku membuka kenop pintu dengan tangan kiriku karena tanganku memegang nampan berisi makanan.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Lalu…. Apa di depanku ini adalah bidadari? Aku terpana dibuatnya. Ku letakkan nampan di meja samping pintu kamar. Sekarang, tanganku bebas dan aku bisa leluasa menikmati keindahan di depanku ini. Dyland tengah berdiri di depan jendela kamar kami yang menghadap langsung ke arah matahari terbenam. Cahaya jingga yang misterius itu membungkus tubuh Dyland sebagai siluet hitam. Lekuk tubuhnya jelas terlihat dari tempat ku berdiri sekarang. Saat pingsan tadi, aku melepaskan jaket dan topinya. Ternyata, di dalam jaket itu dia hanya memakai tank top merah ketat. Sepertinya dia bukan tipe cewek ribet.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Dia juga memakai hot pants denim yang membuah paha putihnya terekspos dengan jelas. Aku bukannya sekali dua kali melihat perempuan tampil terbuka. Tapi, Dyland adalah pengecualian. Jika perempuan lain terlihat murahan saat berpakaian seperti itu, Dyland justru terlihat……tidak terjangkau. Seakan dia berusaha mengintimidasi kami, kaum lelaki, hanya untuk melihat padanya. Dan itu terjadi secara alami!</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Rambut nya yang coklat bergelombang terlihat seperti tiara mahal di kepalanya. Pancaran sinar matahari membuat kilau rambutnya kian bercahaya. Aku masih tidak bisa menguasai diriku. Dia sungguh eksotis.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Aku mendekatinya perlahan. Seakan dia adalah binatang buruan yang bisa pergi sewaktu-waktu. Jantungku berdebar kian kencang. Dari belakang saja dia sudah sangat menawan, apalagi tampak depan?</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“<i>Much better?” </i>Tanyaku sesantai mungkin begitu sampai di sebelahnya. Aku baru sadar sedari tadi aku menahan nafas.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“<i>Yeah. Thanks to u.” </i>Jawabnya lalu melihat ke arahku.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Aku menelan ludah dengan susah payah. Matanya yang berwarna coklat terlihat seperti mutiara bening. Bibirnya yang kemerahan terlihat seperti apel ranum. Oh Tuhan. Ku rasa, aku benar-benar jatuh cinta.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Tapi, tiba-tiba saja…otakku kosong melompong. Bukan karena Dyland. Tapi, karena sesuatu lain yang juga tidak ku mengerti. Sesuatu yang…tengah mengontrolku kini.</div><div class="MsoNormal">----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">DYLAND POV</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Masih tertinggal sisa-sisa senyum kemenangan di bibirku. Jaejoong sudah pergi sejak 10 menit lalu. Terlalu lama untuk konteks mengambil makanan yang hanya berjarak beberapa meter dari kamar ini. Pasti, dia sekarang masih mengatur perasaanya.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Aku menoleh ke samping. Baru kusadari kamar ini menghadap langsung ke langit barat. Aku menarik nafas dalam-dalam. Entah kapan terakhir kali aku menyaksikan sunset secara langsung. Tidak bisa menahan diri, aku menyingkap selimut yang menutupi tubuhku dan turun dari tempat tidur. Tunggu dulu! Kok dingin sih? Perasaan tadi aku memakai jaket deh. Aku melihat ke bawah dan terbelalak kaget. Jaket ku menghilang! Darah dari bagian tubuh ku yang lain langsung tersedot ke mukaku. Berarti.. tadi Jaejoong melepas jaket ku itu?</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Aku semakin terkejut saat menyadari ternyata….. aku hanya memakai tank top merah di dalam jaket itu! Aku memang sama sekali belum mengganti baju sejak tiba disini. Tapi, ku pikir tidak akan ada yang tertarik melepas jaket ku begitu saja tanpa alasan yang jelas. Ah, tentu saja alasannya jelas. Tadi aku pingsan, untuk alasan kesehatan, tentu saja Jaejoong berinisiatif melepas jaket ku.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Bodohnya aku, kenapa harus tank top? Merah lagi! Dan ya ampun, seperti nya tank top ini ku pakai dua nomor lebih kecil dari ukuran baju ku sebenarnya. Yang berarti sangat pas di badanku. Ketat. Mengundang. Jika tadi hanya darah yang tersedot ke mukaku, ku rasa urat malu ku pun sudah putus.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Seolah semua kejadian yang menjatuhkan harga diriku sebagai perempuan terhormat itu belum cukup, masih ada satu fenomena yang tidak kalah mengejutkannya. Aku hanya memakai hot pants denim yang, sungguh sangat pendek! Potongan ingatan mulai bermunculan di otakku. Karena di kamarku tadi panas sekali, ku putuskan untuk memakai hot pants saja agar lebih nyaman. Bodohnya aku, aku lupa menggantinya dengan celana yang lebih pantas. Ya, satu hal sepele namun detailnya sungguh penting jika dilupakan.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Aku menutup kedua mukaku. Membayangkan bagaimana saat Jaejoong tadi melihatku dengan keadaan seperti ini. Tapi, bukankah Jaejoong dikelilingi oleh gadis yang bahkan lebih seksi dariku tiap harinya? Lalu, apa aku membawa perbedaan berarti? Mengingat fakta ini, aku sedikit lega. Jajeoong bukanlah seorang remaja puber yang langsung <i>horny </i>begitu melihat perempuan memakai baju terbuka.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Tetap saja ini memalukan!</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Aku membuka kedua tangan yang menutup mukaku. Lalu, aku terperangah. Semburat jingga mulai memperlihatkan keagungannya di cakrawala. Awan-awan yang biasanya berwarna kelabu itu, kini seakan diwarnai oleh paduan warna terindah yang menyegarkan mata. Sejenak, aku melupakan tanktop merah menggoda dan hot pants denim tadi.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Aku berdiri dan melangkah ke arah jendela kamar yang bening tanpa cela. Sangat indah. Matahari selalu meninggalkan kesan sebelum dia siap kembali menyinari bagian dunia yang lain. Aku terpukau oleh keindahan yang hanya bisa dilukis oleh seorang seniman dunia. Sebuah mahligai yang menggetarkan hati tiap insan yang bisa merasakan. Beribu warna bermain di retina mataku. Namun, warna-warna itu masih belum mampu mengalahkan keindahan bintang senja ini, sang matahari.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Aku mengangkat kedua tanganku dan menggeliat sebentar. Ahh, nyaman sekali rasanya. Merupakan suatu kehormatan melihat sunset di kota penuh polusi seperti Jakarta.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“<i>Much better?” </i>Tiba-tiba, Jaejoong sudah berdiri di samping ku. Entah sejak kapan. Aku terlalu mengagumi fenomena di depanku kini. Aku tidak menangkap nada apapun dalam suaranya. Santai dan….terdengar bersahabat.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Dia lalu menoleh ke arahku, tidak ketinggalan senyum dan tatapan andalannya itu. Dadaku berdebar lagi. Lebih keras. Tidak ku sangka akan berbagi pemandangan ini bersama seorang Kim Jaejoong.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“<i>Yeah. Thanks to u.” </i><span> </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Kami terdiam selama beberapa saat. Tunggu, kenapa aku tidak bisa menangkap getaran apapun? Gelombang apapun? Bukankah aku seharusnya sadar jika dia sudah masuk ke kamar ini? Rasa khawatir menyergap ku dengan tiba-tiba. Ini tidak biasa terjadi. Aku berusaha meraih pikirannya. Mustahil aku tidak bisa merasakan apapun sedangkan dia ada di depan hidungku.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">1 menit…</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">2 menit..</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">3 menit..</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">? menit..</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">?? menit..</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Sial, kenapa benar-benar tidak bisa. Ada yang salah disini. Kenapa? Aku merasa mati rasa….. Semakin aku berusaha, semakin aku ditolak oleh kekuatan itu lagi. Kekuatan yang…….menjatuhkanku saat Yunho menelpon Yoochun tadi. Ku kira, itu semata-mata karena rasa marah di antara keduanya. Ternyata, sebuah kekuatan mengontrol mereka supaya merasakan kemarahan itu. Dan, kekuatan itu pula yang sekarang memblokir pikiran Jaejoong dari jangakauan ku.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Aku menyukai matahari. Sangat. Kami berlima menyukai matahari.” Jaejoong berkata padaku. Nadanya….sangat datar. Dingin. Seakan bukan dia yang bicara. Aku menajamkan pendengaranku.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“TVXQ adalah pemuja matahari. Tanpa matahari, kami merasa lemah. Tanpa cahayanya, kami berada dalam kegelapan.” Pemuja? Kenapa Jaejoong menggunakan relevansi kata pemuja? Terlalu fanatik menurut ku. Mengapa tidak…..pecinta misalnya? Pemuja… seperti sinomim dari sebuah sekte penyembahan. Tiba-tiba, tubuhku menegang. Ada yang salah disini. Insting dan firasatku berkata begitu. Nenek Rose mengatakan aku tidak boleh mengabaikan firasat yang bisa datang sewaktu-waktu.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Matahari mulai tenggelam. Warna biru gelap mulai mendominasi awan-awan yang mengantar kepergiannya. Kali ini, aku merasa takut…</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Tahukah kau, jika kita melihat matahari yang bersinar terik terlalu lama, matamu akan buta? Dan hanya kegelapan yang akhirnya kau punya?” Ragu-ragu, aku mengangguk. Nada bicara Jaejoong… seakan tidak mempunyai jiwa. Hampa.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Matahari dan kegelapan hanya dua sisi mata uang berbeda, namun sebenarnya sama. Tanpa kegelapan, orang-orang tidak akan menyadari ada sinar terang yang menuntun jalan mereka. Tahukah kau apa yang terjadi di antara kegelapan dan matahari?” Aku menggeleng. Sepertinya, aku berubah menjadi mainan yang hanya bisa menggerakkan kepalaku saja.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Simbiosis parasitisme.” Suaranya… sarat dengan kebencian. Dendam. Tapi, apa hubungannya matahari, kegelapan, TVXQ, JYJ, SM Entertaiment, dengan masa lalu mereka? Dan dengan misi penyelamatan yang sedang ku jalankan ini?</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Matahari mendapatkan ketenaran dan pujaan dari manusia. Sedangkan kegelapan hanya figuran, kegelapan dihujat karena ‘gelap’ nya yang dibenci. Tidak ada yang menyukai kegelapan. Tidak ada. Kegelapan tidak bisa menyembuhkan apapun.” Jaejoong meraih daguku dan memaksa mataku untuk beradu dengan manik mata hitamnya. Aku terpaku. Tidak ada yang menenangkan ku di dalamnya hitam mata itu. Sorot mata itu, sorot mata yang tidak bisa ditolak karena hipnotisnya. Ya, ku rasa dia menghipnotisku dengan matanya. Bukan hipnotis yang membuatku terlena, tapi, hipnotis yang membuatku ditelanjangi. Seakan dia tahu segalanya. Rahasiaku. Hidupku. Semuanya. Seakan… dia bisa melihat apapun melalui matanya.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Dia memajukan badannya dan berbisik di samping telingaku dengan intonasi, nada, dan tekanan terdingin sekaligus mematikan yang pernah ku dengar, <i>“Matahari……terlalu sempurna, Dylandia Elfyza. Keajaibanmu tidak akan cukup untuk membuatnya cacat. Mereka…..adalah milikku….”</i> Cukup sudah. Tubuhku langsung menggigil. Aku jatuh terduduk di lantai. Ah, serangan ini datang lagi. Gelap. Tapi, mengapa ada cahaya? Tapi cahaya itu…..terlalu menyilaukan. Menyakiti ku. Bukannya menunjukkanku jalan keluar.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Aku tidak bisa berpikir apa-apa lagi. Tubuhku, sangat sakit. Seakan ada ribuan jarum suntik yang ditancapkan ke pembuluh-pembuluh darahku. Menutup jalan pernafasanku.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“ARRGGHHH!” Tubuhku melengkung ke dalam. Sangat sakit. Tulangku seakan remuk. Ada apa ini? Kenapa? Aku rela memberikan apapun untuk menghentikan rasa sakit ini.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Gelap dan cahaya bergantian memenuhi syaraf-syaraf mataku. Semuanya… terlalu banyak. Terlalu sakit. Menyiksaku. Ku paksakan untuk membuka mataku. Dan…. Jaejoong yang berdiri menjulang di atasku tengah tersenyum miring dengan sorot mata licik dan dingin. Dia berbalik dan pergi.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Mataku berkabut. Jaejoong, ada apa? Kenapa?</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“EERGG…HHHH!!!!!!” Aku tidak sempat berpikir apapun lagi. Rasa sakit itu datang lagi. Lebih dari sebelumnya. Sungguh, lebih baik aku mati daripada harus merasakan ini. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Belum sempat aku memulihkan rasa terkejutku oleh serangan brutal ini, sebuah mata muncul di pandanganku. Mata yang melihatku dengan ganas. Mata…yang seakan mengetahui labirin pikiranku. Rahasiaku. Semuanya. Lalu, aku merasa tubuhku dirobek dan dikoyak secara paksa……</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">(to be continued)</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div>Fairy Tale At Nighthttp://www.blogger.com/profile/10885161554234368946noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1649055532573156546.post-60927119919726452402011-03-17T03:55:00.000-07:002011-03-17T03:55:24.295-07:00The Mind Eps 3<link href="file:///C:%5CUsers%5Csaini%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Csaini%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Csaini%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:1;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-520092929 1073786111 9 0 415 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Dyland POV</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Kegelapan ini pekat terasa. Mematikan syaraf-syaraf ku yang biasanya awas dan terjaga. Pikiranku bergerak dalam kecepatan satuan terkecil. Aku tidak tahu aku masih bernafas atau tidak. Aku tidak bisa membedakan yang mana realitas dan yang mana khayalan. Namun, yang terlihat seperti realita dengan jelas adalah ruang hitam yang tengah mengurung ku kini. Ruang hitam yang terasa sangat kokoh dan menghimpit ku dengan kuat.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Aku tidak bisa lagi mengenali waktu disini. Tidak ada yang jelas. Kejelasan satu-satu nya hanya dinding jelaga di antara tubuhku yang kian meringkih. Aku tidak bisa berteriak. Seakan pita suara ku jauh tertinggal di suatu tempat di luar sana.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Aku berusaha mengingat apa yang telah terjadi beberapa saat yang lalu. Ku paksa otakku untuk bekerja. Tidak akan ku biarkan dia menyerah pada kegelapan non sense yang terasa memabukkan namun juga mematikan. Ku telusuri pikiranku yang entah kenapa terasa asing bagiku. Terlihat seperti labirin tanpa ujung dan penunjuk jalan sama sekali. Benarkah ini pikiranku?</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Sungguh, rasa sakit ini semakin menjadi-jadi. Menginfeksi tiap sel-sel tubuhku. Mematikan tiap langkah ku. Aku hanya membutuhku satu teriakan, agar rasa sakit ini terbebas walau sedikit. Aku tidak tahan lagi. Ah, kegelapan ini sangat menyakitkan. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Tiba-tiba, dari kejauhan labirin yang sedang ku masuki, terlihat sosok tanpa bentuk melayang ke arahku. Mataku yang sebenarnya tidak bisa melihat apa-apa, terpaku pada sosok itu. Dia mendekat. Aku mengulurkan tangan ku yang gemetaran, meminta pertolongan, entah pada iblis atau malaikat. Aku hanya ingin dibebaskan.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Sedikit lagi... Dan, sebuah bisikian menerpa indra pendengaran ku. Suara manusiawi pertama yang ku dengar sejak ku tiba di tempat ini. Suara yang mendekatkan sekaligus menjauhkan dengan cara yang berbeda. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i>“Dyland, tutup matamu. Ikuti kemana hatimu ingin kau melangkah. Dengarkan suara yang ingin kau dengar. Bukan suara yang mereka ingin kau dengar. Jangan biarkan mereka mematikanmu. Ingat, kau masih punya urusan di relita di luar sana…….”</i> Suara yanng ku yakin sangat ku kenal. Tapi aku sudah terlalu lelah untuk mengingat. Namun ku enyahkan jauh-jauh lelah itu agar aku bisa melaksanakan instruksi darinya.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Sosok itu perlahan tidak ku rasakan lagi keberadaannya di samping tubuhku yang kini meringkuk. Anehnya, aku tidak merasa kehilangan. Aku merasa… sosok itu memasuki diriku. Menuntun ku agar aku tidak jatuh lagi. Perlahan tapi pasti, aku menegakkan tubuhku yang tadinya lunglai tanpa tulang. Aku menumpukan bobot tubuhku pada dinding labirin ini. Ku dengarkan suara hatiku yang tadinya tertutup oleh kepanikanku. Ku bersihkan indra pendengaranku dari suara-suara aneh yang sebenarnya malah membuat keadaan memburuk. Aku menarik nafas dalam-dalam. Nafas tenang pertama yang berhasil ku lakukan. Aku menarik nafas lagi. Kali ini dengan konsentrasi tinggi. Ku tutup kedua mataku.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Lalu, entah darimana datangnya, memori terakhir yang terekam sebelum aku tiba disini memenuhi rongga otakku. Hampir aku jatuh lagi kalau saja aku tidak kembali mengingat bahwa aku harus keluar dari sini. Memori terakhir tadi berganti dengan intruksi lain, intruksi.. Nenek Rose? Aku kembali mengingat jati diriku. Bukan aku yang tadinya hanya tahanan di ruang gelap itu.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Ya, aku adalah Dylandia Elfyza. Gadis remaja yang tadinya normal. Mempunyai orang tua dan teman bernama Jingga. Kehidupan normal yang tercerabut dariku begitu kekuatanku mengambil alih. Kekuatan membaca pikiran. Nenek Rose adalah mentor ku agar aku bisa mengendalikan diri tiap kekuatan ini kumat. Dan satu lagi, aku masih dalam misi menyelamatkan 3 dan/atau 2 orang. JYJ dan/atau TVXQ. Boyband jebolan SM Entertaiment. Yang entah kenapa ku pikir ada sebuah misteri yang tak terbaca dari agensi tersebut. Aku berada di Jakarta. Dalam rangka misi penyelamatan pertama, menonton konser JYJ yang ternyata berubah menjadi bertemu JYJ. Ya, aku bertemu JYJ. Dan aku berani bertaruh saat ini aku berada di kamar hotel mereka setelah insiden telepon Yunho.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Aku tersenyum puas. Aku menatap labirin di depan ku yang sekarang terasa akrab. Dengan langkah pasti, aku melangkah. Hanya beberapa belokan kemudian, aku menemukan pintu itu. Kali ini senyum ku berubah menjadi seringai kemenangan. Satu pertandingan melawan kegelapan mampu ku lewatkan dengan kemenangan di pihakku.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Aku memutar kenop pinu itu. Jutaan partikel cahaya langsung menyambut pupil mataku….</div><div class="MsoNormal">-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------</div><div class="MsoNormal">Jaejoong POV</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Jarum jam di atas ranjang ku yang kini ditempati olehnya menunjukkan angka 6, yang artinya sudah 3 jam dia pingsan. Yang juga berarti sudah 2 jam yang lalu Yoochun dan Junsu pergi untuk keperluan interview media lokal. Tadi sempat terjadi percekcokan antara aku dan Yoochun, siapa yang harus menjaga gadis ini. Junsu yang memang dari awal ilfill dan bahkan terkesan tidak mau berurusan, langsung menyediakan alternatif teraman, meninggalkan gadis itu di dalam lift. Sarannya langsung mendapat jitakan dari ku dan pelototan tajam dari Yoochun. Mungkin memang ada yang mengikat kami bertiga, Yoochun, gadis itu, dan aku.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Akhirnya, perdebatan yang seakan tiada akhirnya itu ditutp dengan pertaruhan gunting batu kertas. Siapa yang menang, itulah yang akan menjaga gadis ini. Dan keajaiban terjadi. Yoochun yang biasanya selalu menang kali ini malah kalah. Kemenangan berakhir di pihakku. Maka, disinilah aku sekarang. Duduk di samping ranjang tempat gadis itu berbaring dengan tenang.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">3 jam yang lalu, gadis itu tiba-tiba pingsan. Anehnya, peristiwa itu terjadi bersamaan dengan hubungan telepon dari Yunho untuk Yoochun. Masih ada keanehan lain. Aku yang tadinya memang berdiri di samping gadis itu, bisa melihat dengan jelas butir-butir keringat yang bergulir di keningnya seiring dengan intensitas kemarahan Yoochun pada Yunho. Seakan kemarahan itu turut menyulut emosi tersembunyi dari gadis ini. Aku semakin terperangah saat dia menutup matanya kuat-kuat seakan baru dipaksa untuk meminum racun. Ekspresinya memang sama seperti itu. Tangannya mengepal. Seolah melawan kekuatan tak kasat mata yang berusaha menjatuhkannya.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Aku masih ingat dengan jelas teriakan kesakitannya beberapa saat kemudian. Lirih namun mengiris hati siapapun yang mendengarnya. Mungkin, aku terlalu peka. Tapi, sakit dalam suara itu jelas terasa. Aku merasa terhubung dengannya. Aku ingin menolongnya, namun hanya dalam hitungan sepersekian detik kemudian, aku tahu bahwa dia harus dibiarkan seperti ini. Kenapa begitu? Kali ini akal sehat ku mengajukan hipotesis yang sama sekali tidak ku mengerti.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Yoochun tentu saja tidak menyadari apa yang tengah terjadi tadi pada gadis itu. Dia membelakangi kami, walau raut muka nya tidak bisa ku lihat, aku tahu dia sangat marah dari nada suaranya yang kian meninggi.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Di luar dugaanku (dugaannya ada 3, Yoochun akan membanting iPhone keramat itu, atau Yoochun akan memaki Yunho dengan kata-kata paling kasar, atau kedua-duanya), suara Yoochun perlahan melembut dan bisa ku lihat bahunya yang awalnya tegang menjadi rileks. Seiring dengan suara Yoochun yang melembut, tubuh gadis itu perlahan jatuh ke lantai! Aku berani bertaruh dia akan mengalami geger otak kalau saja tidak ku tangkap tubuhnya.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Gadis yang baru saja mengguncangkan hari pertama kami tiba di Jakarta ini, sekarang tengah terlelap dengan damai dalam tidurnya (atau pingsannya?). Aku menelusuri lekuk wajahnya. Manis. Aku tersenyum kecil. Setiap wanita pasti terlihat seperti malaikat jika sedang tidur. Tapi gadis ini berbeda. Entah apa perbedaannya. Aku merasa nyaman walau hanya menatap wajahnya.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Tiba-tiba, matanya terbuka dengan amat perlahan. Aku terkejut dan hanya bisa mematung di tempat. Dia mengerjap dan memandang sekeliling dengan bingung. Oh Tuhan, dia imut sekali!</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Dimana aku?”</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Aku, sekali lagi, hanya di depan gadis ini, menggaruk kepalaku yang tidak gatal. “Kamu lupa?” Pertanyaannya ku jawab lagi dengan pertanyaan. Apa lagi yang lebih bodoh dari itu, ha?!</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Tadi…… aku pingsan?” Dia terdiam sejenak, mungkin mengingat apa saja yang barusan terjadi. Matanya menunduk ke bawah tanpa fokus yang jelas. Aku gatal ingin memegang dagunya dan menyuruhnya hanya memandangku saja.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Aku tersenyum menenangkan. Senyum yang biasanya mampu membuat hati penggemarku terbang sampai ke langit ke tujuh. Aku penasaran, apa dia juga termasuk penggemar ku itu.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Iya. Terus aku gendong kamu kesini. Is it okay?” Aku menyelipkan beberapa kalimat perhatian.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Oh. Maaf ya aku udah ngerepotin kalian. Tadi, umm.. aku tiba-tiba aja pusing.” Dia meringis. Aku kebingungan. Gadis ini……tidak tertarik padaku? Dengan senyum paling maut tadi, dia masih saja bisa tersenyum santai begitu?! Hah?! Untuk pertama kalinya dalam karier ku sebagai artis, aku sangat penasaran untuk membuat gadis ini takluk.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“It’s okay. Take it easy.” Aku makin gencar menaklukannya dengan senyum ku. Tapi, ku lihat dia masih lempeng aja tuh.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Oh, nama kamu siapa? Kamu belum nyebutin siapa nama kamu.” Aku menatapnya tepat di mata. Berharap dia menjauhi mataku tanda salah tingkah.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Dan…… dia balas memandangku! Lebih tajam dan berani! Sepertinya, aku yang mati kutu saat ini.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Aku Dyland. Umm, temen kamu tadi namanya siapa?” Dia tersenyum dengan polos dan innocent. Aku hampir ingin mencekiknya karena kebutaannya itu. Dia menanyakan Yoochun! Bukannya aku yang menjaganya dari 3 jam tadi?! Ini tidak bisa dibiarkan. Aku harus menunjukkan siapa bosnya.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Dia Yoochun. Sebenarnyas masih ada satu teman kami lagi, Junsu. Tapi kau belum bertemu dengannya.”</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Ooo. Aku hampir lupa. Ur name?” Sepertinya gadis ini sengaja membuatku meradang dengan “kehampirlupaannya” itu. Dia hampir lupa padaku? Yang kini jelas-jelas berada di depan matanya?!</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Aku Jaejoong. Kim Jaejooong. Tapi, kau bisa memanggilku Hero jika kau mau.” Dengan sengaja, aku memberitahukannya nama panggungku yang dulu pernah ku gunakan. Namun telah ku lupakan setelah aku memisahkan diri dari TVXQ dan berhenti menjadi budak SM Entertaiment. Saking penasarannya aku dengan gadis ini, Dyland, sampai-sampai aku meberinya clue tentang siapa aku sebearnya. Artis yang seharusnya dipuja-puja.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Dia tampak menahan geli. “Hah? Hero? Lucu sekali. Seperti nama khayalan anak-anak. Hehehe.” Apa?! Dia terkekeh? Kurang ajar! Aku mulai meragukan dia berasal dari Planet Bumi, pengetahuan umumnya mengenai artis papan atas benar-benar di bawah standar. Minus!</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Err.. Dyland. Kamu masih pusing?” Ku putuskan melawannya dengan cara licik. Akan ku hujani dia dengan perhtianku. Dengan senyumanku. Dengan tatapan mataku. Fans ku yang hanya melihat fotoku saja sudah menyembah-nyembah, apalagi jika ku berikan semua itu secara langsung. Akan ku seret dia dalam permainan ku. Rasakan! Siapa suruh tidak mengenali ku.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Masih pusing, sih. Tapi aku ingin bertemu dengan Yoochun. Aku masih merasa tidak enak telah membawa handphone nya.”</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Mau ku belikan makanan?” Sengaja, tubuh ku yang awanya berada dalam posisi santai, sekarang condong ke arahnya. Aku yakin, sekarang aroma nafas ku tercium dengan jelas. Blossom mint. Bahkan seorang lesbian pun akan bersujud pada ku jika mereka benar-benar mencium aroma nafasku.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Aku menatapnya dengan lembut tepat di bening coklat itu. Ku tahan posisi itu selama beberapa detik. Ah, jika saja gadis ini tidak membuat harga diriku terluka tadi, mungkin bibirnya sudah menjadi milikku. Aku benar-benar tergoda untuk memilikinya…….</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Umm…. Nggak papa?” Tidak ada gejola emosi berarti di matanya. Aku semakin bernafsu.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Memang harus ada harganya ya?” Aku memancing.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Hehe. Kalo ada harganya mending aku beli makanan sendiri…” Sial, gadis ini kuat juga.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Harganya ga mahal kok.”</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Jadi, maksudmu aku harus ngelakuin sesuatu buat kamu supaya kamu mau beliin aku makanan?”</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Refleks, aku mengacak rambut keriting coklatnya lembut. “Tahu apa yang harus kamu lakuin?” Aku sengaja merendahkan volume suaraku.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Dia menggeleng. Aku semakin gemas saja dibuatnya. “Dengerin aku nyanyi…”</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">----------------------------------------------------------------------------------</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Dyland POV</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Apa? Dengerin Jaejoong nyanyi? Itu sih bukan harga. Tapi berkah. Aku hampir tidak bisa menahan bibirku membentuk senyum kemenangan. Aku tau sebenarnya dari tadi Jaejoong berusaha menarik perhatianku, tapi usaha yang awalnya hanya untuk main-main itu berubah serius saat aku tidak menanggapinya. Maka, ku ciptakan sebuah situasi dimana dia merasa memegang kendali. Padahal, justru akulah supir sebenarnya. Yap, senjata makan tuan. Dia lah yang masuk dalam permainanku. Bukan sebaliknya.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Mengapa aku bisa mempermainkan Jaejoong semudah ini? Berterima kasihlah pada kekuatan pikiranku yang tumben sekali bisa diajak bermain. Aku tidak akan membuat dia mendengar apa yang ingin dia dengar dariku. Justru, aku akan membuatnya kelimpungan dan terus menerus menghujaniku dengan tatapan mesra itu. Pengontrolan diri yang sudah diajari Nenek Rose sepertinya mulai menunjukkan hasil. Bukannya teriakan gila dan histeris tiap dia menatap ku dengan senyum maupun matanya, aku malah hanya tersenyum seolah yang di depan ku ini bukanlah seorang Kim Jaejoong dengan embel-embel artis di belakangnya.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Tiba-tiba saja, Jaejoong menyambar telepon di atas meja samping tempat tidur. Badannya yang awalnya condong semakin dekat ke wajahku. Nafasnya semakin keras menerpa pipi ku. Oh Tuhan.. Jika ini mimpi, sungguh aku tak ingin bangun…</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Bahkan Jaejoong tidak berusaha menjauhkan tubuhnya dari depan mukaku begitu dia berhasil meraih gagang telepon. Dia tetap menahan posisi di sana sambil sesekali melirikku dengan senyuman jahil. Mungkin, dari luar aku terlihat tidak peduli dan terkesan biasa saja. Padahal, di dalam hatiku semburan magma dan lava berpesta pora. Ledakan kembang api mengiringi tiap detik yang berlalu. Aku menatapnya lekat-lekat. Menyimpan tiap kerlingan matanya sebagai candu ku di kemudian hari.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Dalam beberapa detik yang langka itu, semuanya terasa abadi. Terlebih lagi, saat Jaejoong selesai dengan urusan telepon menelepon itu. Dia meletakkan gagang telepon kembali di tempatnya. Kali ini badannya lebih condong daripada yang kesekian kalinya tadi. Bukan saja aroma nafasnya yang ku dengar, melainkan juga hembusan nafas dan detak jantungnya.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Jaejoong terus memandangiku dengan lembut. Seakan aku adalah boneka porselen yang akan hancur hanya dengan tatapan mata yang berlebihan. Kelembutan itu menyelimutiku. Butiran takdir membuat kami terpisah dari waktu sesungguhnya. Detik-detik jarum jam terdengar seperti melodi di telinga kami. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Jaejoong mendekatkan wajahnya padaku. Detak jantung itu bertambah keras. Bersamaan dengan nafasku yang mulai tersengal dan aliran darahku yang mulai terpacu.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Persetan dengan pengendalian diri. Untuk sekali ini saja, aku ingin menjadi gadis normal. Gadis yang merasakan <i>first kiss</i> pertamanya. Dengan seseorang yang hampir dikenalnya. Lupakan status terkenal. Lupakan tentang kenyataan. Aku hanya ingin menikmati momen ini sebagai kenangan terindahku. Karena mungkin setelah ini, aku tidak akan bisa menikmatinya lagi….</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Jaejoong hampir menyentuh hidungku. Aku memejamkan mata. Merasakan sensasi aneh ini. Seakan ada ribuan serangga berdisko di perutku. Sekarang, bukannya kembang api lagi yang terjadi di hatiku. Melainkan bom nuklir tengah meledak-ledak dengan ganasnya.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Tapi, tiba-tiba saja aku teringat satu alasan kuat kenapa aku tidak boleh melakukan ritual <i>first kiss </i>ini. Nenek Rose, misi, JYJ, TVXQ. Shit! Kenapa aku tidak bisa mengabaikan itu dan menjadi egois untuk kali ini saja?! Sebuah suara membalas, atau lebih tepatnya mengejekku, <i>karena aku terlahir untuk dikutuk menjadi lilin dan terbakar bersama api…… </i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Dengan segera, aku menahan bibir Jaejoong yang merah dan menggoda itu dengan jari telunjukku. Dia tampak sangat terkejut.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Apa makanan yang kau maksud adalah ini?” Aku berbisik di telinganya. Berusaha terdengar se-profokatif mungkin.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Bisa ku rasakan tubuh Jaejoong menegang. Dia segera menarik tubuhnya. Matanya melihat kemana-mana tapi tidak berhenti padaku. Aku tersenyum menggoda.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Atmosfer canggung yang datangnya dari Jaejoong dan atmosfer tenang yang ku ciptakan hancur saat bel di pintu kamar 603 itu berbunyi.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Itu pasti makanannya.” Jaejoong lebih terlihat seperti melompat daripada bangun dari tempat tidur.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Aku tertawa kecil…</div><div class="MsoNormal">--------------------------------------------------------------------------------------------------------------</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">(to be continued)</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div>Fairy Tale At Nighthttp://www.blogger.com/profile/10885161554234368946noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1649055532573156546.post-67675349370620116912011-03-16T02:01:00.000-07:002011-03-16T02:01:03.425-07:00The Mind Eps 2<link href="file:///C:%5CUsers%5Csaini%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Csaini%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Csaini%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:1;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-520092929 1073786111 9 0 415 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">JAEJOONG POV</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">Suara gadis tadi telah menghilang sejak beberapa menit yang lalu dari speaker Blackberry ku. Namun mantra yang ditujukannya padaku melalui suaranya itu tidak menunjukkan tanda-tanda akan hilang. Malah bertambah kuat. Debar itu masih tersisa. Hanya dari suaranya, dia mampu membuatku seperti ini. Sepertinya, aku mengenali suaranya. Seakan ada sebuah gaung dalam kepalaku yang terus menyebut-nyebut namanya. Nama yang hanya dikenal di dunia parallel, itu yang pernah dikatakan Yoochun padaku. Ha? Gila. Sekarang aku mulai mempercayai bualannya itu. Bagus sekali.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">“Jaejoong hyung, bagaimana?” Tepukan keras melemparkanku kembali ke dunia nyata. Aku berbalik dan menemukan Junsu tengah memandangku dengan tatapan khawatir. Ah! Aku baru ingat, Yoochun menghilang sejak kami sampai di pintu kedatangan tadi. Tapi, kemana perginya rasa khawatir itu? Oh, tentu saja sudah disedot habis oleh suara merdu tadi. Aku kembali linglung.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">“Hey, hyung, kau tidak apa-apa?” Mata Junsu membulat. Kebiasaan yang dilakukannya saat dia tengah khawatir pada sesuatu. Apa keadaan ku begitu mengkhawatirkan?</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">“Hyung, bicaralah padaku….” Sekarang Junsu mulai mengguncang bahuku.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">“Hah? Oh! Iya, itu. Umm.. Yoochun baik-baik saja. Dia bertemu dengan temannya tadi di bandara ini.” Susah payah aku menggali memori dari pembicaraanku dengan gadis tadi. Merangkainya menjadi kata-kata jauh lebih sulit. </div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">“Teman? Dia punya teman di Indonesia?” Junsu semakin melotot. Ya, tentu saja. Untuk orang-orang seperti kami, mempunyai teman dari luar negeri apalagi di negeri seperti Indonesia adalah hal yang mengejutkan. Karena definisi teman menurut kami jauh berbeda. Bukan hanya teman saat kau butuh kegembiraan, namun teman saat kau juga hampir mati. Jelas saja Junsu kaget. Mungkin, dia mengira teman-teman terbaik untuk Yoochun hanyalah kami berdua. Ya, ku pikir, gadis tadi lebih dari kami berdua. Karena itu dia pantas untuk ku sebut untuk teman Yoochun. Sedangkan untukku, kata kekasih terdengar lebih menggiurkan.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">Lalu, tiba-tiba saja aku lupa mengatakan satu hal penting. “Oh, satu lagi. Tadi yang menjawab telepon adalah teman Yoochun. Dia mengatakan iPhone Yoochun jatuh saat dia berlari menghindar dari para Cassie. Jadi, ku pikir aku harus mengambil kembali barang itu darinya.”</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">“Apa?! Yoochun itu sudah gila ya? Jadi, maksudmu dia bertemu dengan temannya itu di bandara ini? Di tempat umum? Sepenting apa sih temannya itu? Aduh… Tunggu, berarti, dimana Yoochun hyung sekarang? Jangan bilang kalau…..” Junsu tidak berani melanjutkan perkataannya. Ya, aku sudah bisa menebak apa yang ada di kepalanya.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">“Temannya mengatakan, dia tidak tahu dimana Yoochun berada saat ini.” Aku meringis. Sudah terbayang di kepalaku tingkat kegusaran Junsu akan situasi yang tengah kami hadapi.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">“Aiisshh…. Bagaimana ini??!!”</div><div style="border-color: -moz-use-text-color -moz-use-text-color windowtext; border-style: none none solid; border-width: medium medium 1pt; font-family: inherit; padding: 0cm 0cm 1pt;"><div class="MsoNormal" style="border: medium none; padding: 0cm; text-align: justify;">“<span style="font-family: inherit;">Tenanglah. Yoochun tidak akan kenapa-kenapa.” Aku meredam teriakan frustasi Junsu. Ya, bukankah itu memang tugasku? Menjadi kuat bahkan saat aku terseok-seok mencari pegangan? Namun, tiba-tiba saja aku tersenyum. Mungkin, aku sudah menemukan pegangan itu.</span></div></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">Yoochun POV</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">“Hhhhh…” *intinya Yoochun lagi narik nafas kecapekan habis dikejar-kejar oleh serombongan Cassie yang tergila-gila padanya.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">“Gila. Sampai kapan aku harus lari tiap aku ketemu cewek yang ku suka di tempat umum kayak gini?” Aku mengomel panjang pendek di tengah-tengah asupan oksigenku yang mulai menipis. Entah aku berada dimana sekarang. Seingatku aku hanya berputar-putar di tempat yang sama dari 1 jam tadi. Ah, bandara ini begitu kecil. Sangat sedikit tempat untuk bersembunyi.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">Pikiranku melayang kembali padanya. Pada senyum dan tawanya. Ah, sepertinya aku masih bisa mendengar aroma rambutnya. Tiba-tiba saja, oksigen segar mengaliri tubuhku. Aku bisa bernafas dengan normal kembali. Bukan dengan nafas setengah mati seperti binatang buruan yang tengah diincar.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">“Yoochun Hyung!” Aku berbalik. Ah, Junsu benar-benar mengacaukan mimpiku tentang dia.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">“Kau kemana saja?! Kami mencarimu kemana-mana. Dan, Jaejoong… Puffftt..” Aku membungkam mulutnya dengan tanganku. Dipikirnya suaranya itu sekecil suara kelinci apa? Dengan nada biasa saja suaranya sudah menggelegar, apalagi dengan intonasi tinggi macam begitu?! Aku tidak akan mengambil resiko dikejar untuk yang kedua kalinya.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">“Sebaiknya kau mengomeli aku di mobil saja.”<br />
<br />
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------ </div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">Jaejoong POV</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">“Mwo? iPhone ku?” Yoochun terkejut sehabis ku menceritakan iPhonenya sekarang berada di tangan gadis itu. Ya, kami semua ternyata tidak mengetahui namanya. Yoochun juga bercerita dia baru bertemu gadis itu tadi. Tapi, sepertinya dia menyembunyikan sesuatu dariku. Terlihat dari matanya yang berkilat dan keterkejutannya yang berlebihan. Mungkinkah dia sebenarnya bahagia?</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">“Bagus sekali. Sekarang kesialan kita bertambah berkali lipat. Terjebak di negara panas ini. Berurusan dengan seorang gadis yang bahkan tidak kita ketahui namanya. Bahkan, barang mahal milikmu ada di tangannya. Aiisshh…” Junsu mengacak-ngacak rambutnya frustasi. </div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">Aku melirik ke arah Yoochun yang tampak tenang. Tidak ada kekhawatiran yang berarti di matanya. Padahal, dia sangat menyayangi iPhone nya itu. Hanya ada satu barang yang tidak boleh kami pinjam darinya. Sedangkan barang lain, mungkin dia akan senang hati memberikannya dengan Cuma-Cuma walaupun hanya sebagai mainan. Sedangkan keadaan sekarang seharusnya memberikan alasan yang cukup kuat untuk membuat Yoochun lebih frustasi daripada Junsu. Paling tidak, dia seharusnya mengabsen penghuni kebun binatang pada gadis yang fenomenal ini. Ah, aku menepis pikiran itu. Mungkin aku akan membunuhnya jika dia benar-benar melakukan itu.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">“Jaejoong hyung, kenapa dari tadi kau diam saja? Bukankah seharusnya amarah mu lebih daripada aku? Kejadian ini hampir membatalkan schedule kita. Sekarang, kita harus mengambil kembali iPhone itu. Aissh, apa hanya aku yang waras disini?” Lamunanku terhenti lagi. Aku menghentikan pandanganku ke arah jendela mobil dan menoleh pada Junsu. Bisa ku lihat mukanya memerah pertanda dia sudah tidak tahan lagi.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">“Daripada mengomel sepertimu, lebih baik kita mengambil kembali iPhone itu.” Aku tidak bisa menahan senyum miring ku saat ide gila ini terlintas. Menjalankannya mungkin sama saja dengan bunuh diri. Tapi, ku rasa aku benar-benar akan mati jika tidak bertemu dengan gadis ini.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">“Caranya?” Yoochun bertanya dengan nada penasaran yang tidak bisa disembuyikan.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">“Kita suruh dia ke kamar kita.”</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">“MWO??!!!” Ini suara Junsu.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">“KAU SUDAH GILA YA?!!” Ini suara Yoochun. Lebih terdengar panik daripada terkejut.</div><div style="border-color: -moz-use-text-color -moz-use-text-color windowtext; border-style: none none solid; border-width: medium medium 1pt; font-family: inherit; padding: 0cm 0cm 1pt;"><div class="MsoNormal" style="border: medium none; padding: 0cm; text-align: justify;">“Krucuk…..” Sepertinya ini suara perut ku yang sudah kelaparan.</div></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">Dyland POV</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">Bus travel berhenti tepat di area parkir hotel yang akan kami tinggali selama 1 minggu ke depan, Red Wine. Sesuai namanya, hotel Red Wine ini benar-benar berkelas seperti yang biasa terlihat di film-film Hollywood atau Asia bergensi. Karena itu hotel ini pantas memegang predikat hotel bintang 5. Sekali lagi, aku merasa takdir benar-benar melimpahkan rahmatnya untukku.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">“Mbak Dyland, kamar Mbak nomor 503 ya. Nanti tinggal minta sama resepsionis hotel. Kami masih ada urusan.” Seorang perempuan pertengahan 30 berbicara padaku dengan logat khas Jawa. Seingatku, dialah yang menjemputku di bandara tadi. Kalau tidak salah, Om ku berkata dia juga yang memegang jabatan sebagai ketua tur disini.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">“Iya Mbak. Makasih.” Sahutku sambil berdiri dan melemaskan ototku yang pegal karena perjalanan tadi. Anehnya, aku baru merasa capek saat tulang-tulang ku berderak tanda kekakuan akut. Tentu saja, perjalanan yang panjang ku lalui dengan beribu skenario di otakku. Aku masih mereka-reka bagaimana nanti jika aku harus bertemu dengan member JYJ yang lain. Dengan Yoochun saja aku sudah mau pingsan, apalagi bertemu Jaejoong? Mungkin aku butuh imunisasi jiwa secepatnya.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">Aku mengambil tas yang tadi ku letakkan di bagasi atas tempat dudukku dan berjalan ke arah pintu bus. Udara panas menyergap dengan ganas. Aku yang masih memakai jaket kulit dan topi otomatis langsung kegerahan. Belum lagi aku harus menyeret koper jumbo ke kamarku. Oh, tidak!!</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">Tiba-tiba, seorang belboy mengambil tas ku dengan senyum sopan ala prajurit kerajaan. Tentu saja, bukankah ini hotel bintang lima? Hal yang lumrah jika ada bellboy macam begini. </div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">“Saya ngambil kunci kamar dulu ya.” Aku menuju ke arah resepsionis hotel. Waduh, aku serasa kalah pamor sesampainya aku disana. Sepertinya, resepsionisnya menyediakan waktu 2 jam hanya untuk memoles penampilannya. Sedangkan aku dijamin kucel seakan baru saja keluar dari kandang singa.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">“Mbak, ada pesanan kamar atas nama Dylandia Elfyza?”</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">“Tunggu sebentar ya.”</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">Setelah beberapa menit, resepsionis itu memberikan sebuah kartu untukku. Syukurlah kegaptekanku masih dalam tahap wajar sehingga tidak membuatku bertanya untuk apa kartu ini.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>><o:p> </o:p></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">“Hoaahhmmmm…” Aku menguap lebar. Pemandangan kota Jakarta dari lantai 5 tempatku berdiri sekarang benar-benar penuh dengan polusi. Ah, pikiranku yang lelah malah bertambah lelah. Aku melihat jam yang tergantung di atas meja rias. Baru 15 menit yang lalu aku tiba disini. Tapi aku sudah tak sabar menunggu iPhone Yoochun berdering. Harapanku dikabulkan beberapa detik kemudian…</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">“Ayyy girl. Tried..” Aku meloncat ke atas tempat tidur tempat iPhone itu menjerit dengan nyaring. Ku tekan tombol hijau dan…….suara itu benar-benar terdengar seperti oase untukku.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">“Bisakah kau datang ke hotel kami? Umm… untuk mengembalikan iPhone itu..” Suara Jaejoong terbata. Bagaimana ekspresi mukanya? Ah… pasti seimut kelinci…</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">“Oh, tentu saja. Aku akan segera kesana.” Sepertinya aku menjawab terlalu cepat dan terlalu antusias. Hey, jangan salahkan aku. Jika kalian berbicara dengan seseorang yang ketampanannya mampu membuat Cleopatra berpaling dari Anthony, apa kalian hanya membalas sekadarnya?</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">“Kami ada di kamar 603.” What? Tingkat keberuntunganku melebihi kadar overdosis. Mereka.. ada di atas ku??!</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">“Oke. Tunggu 5 menit.” Cetus ku tiba-tiba. Dasar mulut bocor, apa aku tidak bisa mengontrol antusiasme sedikit saja. Mereka pasti curiga jika aku satu hotel dengan mereka. Terlalu kebetulan dan dibuat-buat. Apalagi, setahuku mereka masih trauma dengan masa lalu. Bagaimana aku tahu? Pertanyaan bodoh. Tentu saja dengan pikiran abnormal ku ini. Masa lalu macam apa? Terlalu cepat jika aku harus menyimpulkan sekarang.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">“5 menit? Cepat sekali.” Jaejoong berkomentar dengan nada heran.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">Sial, aku harus mencari alasan masuk akal. Otakku berputar. “Umm.. Maksud ku 5 menit lagi aku akan berangkat.”</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">“Oh, begitu. Baiklah. Hati-hati ya.” Klik. Telepon ditutup.</div><div style="border-color: -moz-use-text-color -moz-use-text-color windowtext; border-style: none none solid; border-width: medium medium 1pt; font-family: inherit; padding: 0cm 0cm 6pt;"><div class="MsoNormal" style="border: medium none; padding: 0cm; text-align: justify;">Tadi…. Jaejoong berkata padaku untuk… hati-hati.. Hah?? Oh Tuhan. Sepertinya hatiku akan meledak. Suaranya lembut sekali. Kalau aku benar-benar jatuh cinta padanya… apa itu akan menggagalkan misi ini?</div></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">Ting! Lift berdenting pertanda aku sudah sampai di tujuan. Lantai 6. Aku memandang pintu yang berjejer di kanan kiri lorong. 609,608,607…. Tunggu, kira-kira 5 meter dari tempat berdiriku sekarang, aku melihat 2 pria berbadan besar dengan jas hitam ala bodyguard mafia menjaga sebuah pintu. Jangan-jangan itu kamar mereka.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">Dengan tergesa aku berjalan ke arah mereka. Namun, tiba-tiba aku teringat satu hal yang amat penting. Aku menepuk kepalaku gemas. “Bodoh. Apa yang akan kau lakukan jika sudah sampai disana. Say hi pada penjaga-penjaga neraka itu? Aissh, yang ada kau akan ditendang kembali ke rumahmu. Aduh, gimana nih?”</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">Oh, tentu saja. iPhone. Aku mengambil iPhone Yoochun dari saku jaketku. Semoga sistem kerja iPhone tidak jauh beda dengan Samsung. Diam-diam aku berdoa. Aku memencet tombol hijau. Nah, benar kan. Nama Jaejoong terpampang di layar. Aku menekan tombol hijau sekali lagi.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">“Halo. Kamu sudah sampai?” Tanpa basa-basi Jaejoong bertanya padaku. Benarkah memang ada rasa perhatian disana?</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">“Umm.. Iya. Aku sudah sampai. Bis….” Belum selesai aku bicara, Jaejoong langsung menyambar.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">“Aku akan keluar sekarang.” Klik. Telepon ditutup lagi. Tanpa persetujuan dariku.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">Aku memandang kosong ke depan. Countdown detik-detik berlangsung di kepalaku. Beberapa saat lagi, aku benar-benar akan menemuinya. Glek. Aku menelan ludah. Lalu…. Pintu kamar 603 tempat bodyguar ditu berjaga, tiba-tiba saja terbuka…..</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">Kakiku tiba-tiba lemas dan tak mampu menahan bobot tubuhku. Langkahnya yang tertuju ke arahku terekam dalam gerakan slow motion. Dia…. Tersenyum. Jaejoong memakai t-shirt v-neck berwarna putih tanpa lengan. Aku tidak sempat melihat celana apa yang dia pakai. Aku lebih tertarik pada wajahnya. Yang sedang tersenyum ke arahku. Oh Tuhan. Aku benar-benar bertemu dengannya. Kim Jaejoong. Aku benar-benar butuh oksigen sekarang..</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">Jaejoong hanya berjarak setengah meter dariku sekarang. Aku tidak berani membayangkan bagaimana ekspresiku. Apalagi wajahku. Mungkin berkali lipat lebih mengenaskan daripada tadi.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">“Hai….” Jaejoong melambaikan sebelah tangannya padaku. Senyum nya juga terlihat kikuk dan canggung. Ah, aku tidak peduli. Tersenyum dengan gaya monyet pun dia masih terlihat seperti pangeran.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">“Kamu bawa iPhone Yoochun?”</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">“Hah? Oh, iya, hehe.” Aku merutuk diriku sendiri. Mengapa di depan Yoochun aku bisa santai, dan di depan Jaejoong seakan keadaanya berbalik 360 derajat. Aku merasa….. berdebar. </div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">“Kalo gitu…..” Tiba-tiba mata Jaejoong yang awalnya menatapku dengan pandangan ……….. terbelalak pada sesuatu di belakangku. Aku segera berbalik dan melihat….. oh tidak.. ada seseorang disana. Apa yang harus ku lakukan? Tentu saja Jaejoong akan segera kembali ke kamarnya dan meninggalkanku. Kepanikanku bertambah saat… Jaejoong menarik tanganku menuju… ke kamar 603! Benar sekali saudara-saudara, dia memegang tanganku. Menarikku. Dan berkata. “Ikut aku!” Bukan dengan nada tergesa atau kesal. Melainkan dengan nada yang membuatku terlena… Apa aku hanya mengkhayalkan kejadian ini?</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">“Maaf aku harus membawamu kesini. Ku pikir, ehem, lebih enak kalau kita mengobol di dalam.”Aku meringis begitu Jaejoong menyelesaikan perkataannya. Mereka memang tidak tahu kalau aku juga seorang Cassie. Mereka bahkan belum tahu namaku. Ku pikir, Jaejoong merasa bahaya jika ada orang yang melihat kami. Untuk ukuran boyband yang sudah masuk dalam majalah Billboard Amerika, mereka memang cukup dikenal. Mungkin sangat dikenal. Aku harus membuat seolah-oleh aku tidak mengenal mereka. Ya, biarkan sajalah mereka menganggap aku tidak kenal dunia luar. Daripada misiku gagal?</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">Tapi, Jaejoong merasa bahaya? Bahaya katanya? Mereka pasti tidak benar-benar tahu seberapa bahaya seorang Cassie sampai mereka bertemu denganku. Bahaya macam apa lagi yang kau cari ketika kau tahu pikiranmu sudah dimasuki oleh orang asing?</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">Jaejoong memandangku. Oh Tuhan. Sepertinya setelah aku kembali ke kamarku, aku akan kecanduan tatapan itu…. Jengah, aku segera memalingkan pandanganku.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">Aku melihat berkeliling. Kamar ini tentunya lebih luas dari kamarku. Dengan ruang tamu dan ada 3 buah kamar lagi menghadap pintu masuk. Sebuah TV flat menayangkan kartun Spongebob. Biasanya, aku langsung mandek di depan TV kalo sudah bertemu dengan spons kuning yang satu ini, tapi sekarang mood itu sudah hilang entah kemana. Tiba-tiba, kamar paling ujung sebelah kiri terbuka dan keluarlah Yoochun hanya mengenakan…. Handuk??!!! Wakkss. Aku melotot selebar-lebarnya. Maksudnya untuk menyimpan pemandangan di depanku ini sebaik-baiknya. Yoochun mempunyai abs. Oh Tuhan. Aku tidak berani membandingkannya dengan milik Jaejoong.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">Gilanya lagi, begitu Yoochun melihatku, tidak tampak raut terkejut ataupun shock, dia malah tersenyum dan berjalan ke arahku. Aku bisa mencium wangi sabun dari tubuhnya. Glek. Entah sudah berapa liter ludah yang sudah ku teguk sejak aku tiba disini. Hari ini…. Sungguh sangat melelahkan. </div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">“Hai. Maaf ya sudah bikin kamu repot.” Yoochun tersenyum.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">Aku mengangguk tenang. Walaupun penampilan Yoochun lebih wow daripada Jaejoong, aku masih merasa nyaman di dekatnya. Tapi, akumulasi perasaan antara Jaejoong dan Yoochun amat membuatku kegerahan. Jaejoong ada di samping ku masih dengan tatapan mautnya. Yoochun ada di depanku masih dengan tatapan lembutnya. Itu berarti aku ada di tengah-tengah mereka. Wow.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">Aku pasti hanya bermimpi.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">“Ayyy girl. Tried to make u my baby. Instead u make me go crazy.” Kami bertiga tersentak dari atmosfer aneh ini. Tanpa basa-basi aku segera menyerahkan iPhone yang ternyata masih dalam genggamanku. Yoochun melihat nama yang tertera di layar, mukanya tiba-tiba mengeras.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">Oh, tidak. Ini terjadi lagi. Pikiranku yang awalnya stabil-stabil kini mulai bergejolak. Bisa ku rasakan gelombang asing merambati alam bawah sadarku. Tidak, gelombang ini tidak asing. Tapi juga bukan milik Jaejoong atau Yoochun. Pikiran ini…. Ah, tubuhku mulai menggigil. Aku pasti melupakan tahap meditasi. Tahap yang seharusnya sangat penting dalam proses pembacaan pikiran. Jika tidak, tubuhmu tidak akan kuat menahan beban yang dipikul oleh otakmu. Bagaimana bisa aku mengingat meditasi jika tadi jantung ku sibuk berdetak tanpa ritme, ha?!</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">Tidak, aku tidak boleh membiarkan pikiranku terhenti. Terus ku gali memori ini. Nafasku mulai setengah-setengah. Aku tidak tahu aku sudah pingsan atau hanya tergelatak lemas di lantai. Yang ku rasakan hanya… gaung kemarahan dan kesakitan dalam kepalaku. Gaung yang dikirimkan oleh dua pikiran berbeda. Parahnya, gelombang ini sama-sama mengirimkan kemarahan yang membara.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">Aku mengenali gelombang pertama yang datang. Milik Yoochun. Tapi, yang satunya….. “Ahhh!!” Aku memegangi kepalaku. Aku tidak peduli. Ku paksa otakku untuk terus mencari pemilik gelombang yang sebenarnya ku kenal ini. </div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">“Yunho hyung!!” Teriakan Yoochun mengoyak konsentrasi ku. Tapi, Yunho? Pikiran ini milik Yunho??!</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">Berarti, tadi Yunho lah yang menelpon Yoochun. Untuk apa? Paling tidak, satu beban pikiranku sudah berkurang. Aku kembali memfokuskan diri pada apa yang mereka bicarakan. Namun, yang tertangkap oleh ku hanya marah, kecewa, dendam, sedih, berbagai emosi negative tumpah ruah di kepalaku. </div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">Pada saat seperti inilah, aku sangat ingin menjadi manusia normal pada umumnya.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">Aku mengerahkan segala kekuatan yang masih tersisa di tubuhku. Ku masuki pikiran Yoochun dengan perlahan. Tentu saja dia tidak sadar. Ibaratkan saja aku adalah seorang maling yang memasuki suatu rumah dengan jubah Harry Potter, tidak ketahuan, kan?</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">Gelombang kemarahan yang awalnya hanya ada dalam pikiranku itu bertambah kuat. Hampir merasukiku. Ku kuatkan kembali pikiranku dengan benteng-benteng seperti yang diajari Nenek Rose. Aku tidak bisa menjelaskan bagaimana rasanya saat kau benar-benar berada dalam sebuah pikiran. Tidak hanya merasakannya. Rasanya…. Seperti memasuki sebuah pasar. Penuh dan gaduh. Kau tidak bisa hanya menjadi penonton. Kau juga harus ambil bagian dalam drama itu. Ya, inilah yang ku lakukan sekarang. Berpikir bersama Yoochun.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">Aku kirimkan energy positif yang ku punya. Sebanyak-banyaknya. Ku kirimkan potongan-potongan gambar saat TVXQ masih bersama. Ku netralisir kemarahan yang ada dalam dirinya. Ku bisikkan ribuan kata yang hanya bisa dikenali oleh kami berdua. Yang hanya dikenal oleh alam bawah sadar Yoochun.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">Aku mulai kehabisan tenaga. Sangat sulit berkonsentrasi pada satu pikiran saat pikiran lainnya juga menuntut untuk diperhatikan. Pikiran siapa lagi kalau bukan Yunho?</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">Aku masih tidak berani memasuki pikiran Yunho. Kenapa? Karena ku pikir aku belum terlalu mengenali pikirannya. Bisa saja pikirannya lebih kompleks dari Jaejoong atau Yoochun. Dan ini berarti bencana untukku. Kemampuanku masih belum expert untuk mengenali kelima orang yang harus ku selamatkan. Jangan tanya lagi mengapa aku harus menyelamatkan mereka.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">Lalu…….. perlahan, pikiran Yoochun mengendur. Tidak ada lagi gurat kemarahan di neutron dan syaraf-syaraf pikirannya. Aku pikir, metode yang ku jalankan tadi cukup berhasil. Sebagai penutup, ku tinggalkan jejak disana.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;"><i>“Yoochun-ah.Tinggal beberapa langkah lagi. Dan kau akan menemui kami…..” </i></div><div style="border-color: -moz-use-text-color -moz-use-text-color windowtext; border-style: none none solid; border-width: medium medium 1pt; font-family: inherit; padding: 0cm 0cm 1pt;"><div class="MsoNormal" style="border: medium none; padding: 0cm; text-align: justify;">Setelah aku membisikkan bahasa itu, samar-samar ku dengar Yoochun berkata. “Sudahlah, hyung. Mungkin kita harus menjalani hidup masing-masing dulu.” Aku tersenyum sebelum kegelapan mengambil alih duniaku…..</div></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; text-align: justify;">(to be continued)</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div>Fairy Tale At Nighthttp://www.blogger.com/profile/10885161554234368946noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1649055532573156546.post-22779306658661239172011-03-14T22:22:00.000-07:002011-03-14T22:22:27.529-07:00Between JYJ and TVXQ<div style="text-align: justify;">Why? Why? Why? Beribu kata mengapa dan bagaimana terus bergema di kepalaku. Tak terhitung lagi kata bagaimana bisa ku ucapkan untuk 5 orang yang bahkan tidak mengenalku. Aku tidak tahu harus bertanya pada siapa dan menyalahkan siapa. Aku tidak tahu mana yang benar dan yang salah. Aku tidak tahu harus berpihak pada siapa. Pada mereka yang lemah dan berjuang sendiri, atau pada mereka yang mempunyai penyokong di belakang mereka. Berkali-kali, lagu mereka tidak lagi terdengar sama. Seakan lagu itu jauh, jauh dalam mimpi indah para Cassie. Lagu yang masih menunggu untuk dimiliki kembali. Bukan hanya untuk didengarkan oleh 2 jalan berbeda.</div><div style="text-align: justify;">Aku tidak bisa lagi merasakannya. Aku tidak bisa lagi merasakan keharmonisan dalam setiap melodi yang mengalun. Aku tidak bisa lagi mendengar. Aku tidak bisa lagi melihat. Yang bisa ku dengar dari 2 orang itu, hanya rasa sakit. Yang teramat sangat. Kemarahan yang mungkin tidak akan berujung. Kemarahan, yang sebenarnya direkayasa oleh orang di atas mereka. Bukan atas kehendak mereka sendiri. Sebuah rasa kehilangan yang tiba-tiba. Bertahun-tahun yang mereka lalui bersama, terhapus begitu saja oleh tulisan hitam di atas putih. Sebuah kata yang tiba-tiba saja terdengar menakutkan dan menimbulkan trauma. Kontrak. Kontrak yang katanya dilanggar. Kontrak yang menuntuu mereka harus membayar begitu banyak. Aku tidak tertarik untuk membahas fakta. Kalian pasti sudah menemukannya di banyak situs internet.</div><div style="text-align: justify;">3 orang yang lain, tengah berjuang sendiri. Untuk mendapatkan kembali harga diri mereka yang dulu pernah diambil alih. Menemukan kembali dunia mereka. Dunia yang akan mereka buat melalui lagu-lagu baru. Lagu yang memang suara jiwa mereka terdalam. Bukan sebuah perintah dari atasan mereka. 3 orang itu, telah bebas dan mengerti. Bahwa ada dunia di luar sana yang lebih cerah daripada dunia tempat mereka tinggal sebelumnya.</div><div style="text-align: justify;">Lalu, bukankah itu berarti mereka lebih beruntung? Semuanya tergantung pendapat kalian, Cassie..</div><div style="text-align: justify;">Namun, ada satu hal yang tidak berubah. Satu hal yang masih menjadi peganganku untuk terus mencintai mereka. Satu hal abadi dan tidak akan pernah terganti. Rasi bintang Cassiopeia. Rasi berbentuk W itu masih disana. Masih bersinar terang di langit. Para Cassie tidak akan mengganti status diri mereka hanya karena sebuah perpisahan. Justru, perpisahan hanya sebuah awal untuk menguatkan kembali sesuatu yang sebenarnya rapuh. Perpisahan hanya sebuah media untuk membuka mata mereka. Dimulai dari 3 orang itu, lalu pada akhirnya, 2 orang yang lain pasti akan sadar.</div><div style="text-align: justify;">Itulah yang membuatku kuat. Itulah yang membuatku tetap tersenyum walaupun argumen-argumen bertebaran dimana-mana. Bahwa para Cassie akan selalu ada untuk mereka. Aku tidak akan berjuang sendiri. Aku akan tetap disini. Aku percaya, semua hanya sementara. Tidak ada yang konstan. Karena dunia ini sendiri antikonstan. Seleksi alam tiada akhir.</div><div style="text-align: justify;">Suatu saat nanti, mereka pasti akan kembali. Mereka tidak akan pergi. Mereka masih di hati. Percaya lah padaku. Cassie yang sekarang masih mencintai mereka, Cassie yang baru saja mencintai mereka, bahkan Cassie yang terlanjur sakit dan memilih melupakan mereka. Lupakah kalian, siapa yang dulu ada saat kalian jatuh? Siapa yang dulu tertawa walau jauh dari kalian? Mereka memang bukan siapa-siapa untuk kalian. Mereka bahkan tidak mengenal kalian secara pribadi. Tapi, mereka.....adalah seseorang saat kalian menjadi Cassie. Mereka mencintai kita. Walau hanya sebatas status fans dan selebriti. Namun, justru disana letak kekuatannya. Mutual advantage. Begitu kaya Jaejoong.</div><br />
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;"><strong>Junsu thanks his fans, nawwww</strong><br />
(Junsu) To our fans, who helped us not let go of and kept us holding on till the end to.. the string that was so shaky and unstable.. Because we had you, who would tend to the skin that bled and got infected as the string dug into our skin, we were able to hold on to the string till the end.. From the bottom of my heart.. Thank you (6:26pm KST)</div><div> </div><div style="text-align: justify;"><strong>Jaejoong thanks his fans too!</strong><br />
(Jaejoong) It feels like we will keep endlessly clashing with something that cannot be seen with these clashes being covered up.. But today, at this moment, all I feel is breathless from the gratitude that I have for so many people.. (8:34pm KST)</div><br />
On November 17th, Jaejoong wrote a long message on his Twitter saying,<br />
<em>“There was a time when I thought fans were just fans. But I was wrong.</em><br />
<em> </em><br />
<em>Looking at the people who suffered hardships and enjoyed good times because of me, when I look back at myself, I’ve realized there were a lot of times when I suffered hardships and enjoyed good times because of our fans. We’re all natural beings~ There is no number 1, each of us has a name.</em><br />
<em> </em><br />
<em>If we love and have consideration for everything at anytime and anywhere, in the end everything will become brighter. Thank you so much! Diary of a 25-year-old – The End”</em><br />
<em> </em><br />
Jaejoong later added,<em> “Hahaha. To the fan who wrote, ‘I once thought you were just a celebrity’. We have the same views. It would be sad if I finished my celebrity life without ever realizing this kind of mutual understanding.”</em><br />
<em> </em><br />
He concluded with<em>, “When I read comments, people always call fans as groupies… in that case, I’m a Cassiopeia groupie ! I’m going to sleep for real now~ Goodnight ^^ See you”</em><br />
<br />
<div style="text-align: justify;"> Mereka pasti akan bertemu lagi dalam formasi reguler. 5 orang yang kita rindukan. 5 orang itu akan kembali. Tidak percaya? JYJ telah mengatakannya sendiri. Lewat lagu mereka di album The berjudul W. Ini translationnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><blockquote><i>The letters that the stars created in the night sky<br />
I still believe that it is not just by chance</i></blockquote><div style="text-align: justify;">"Surat yang tertulis di langit, aku percaya itu bukanlah kebetulan." Kita menjadi Cassie bukanlah suatu kebetulan. Kita menjadi Cassie karena sebuah pilihan. Karena tidak ada cinta berlandasakan pada pertemuan waktu yang tiba-tiba. Semuanya sudah terangkai dalam jaring laba-laba ciptaan Tuhan. Semuanya terhubung. Asal kita tidak berpikir seperti robot. Berpikir bahwa semua hal di dunia ini mempunyai tempat masing-masing. Semua itu hanya ilusi. Yang nyata adalah, kita semua satu. Hanya berbeda waktu dan tempat. Namun, hati kita semuanya sebenarnya terhubung. Ya, semua itu bukanlah kebetulan.</div><blockquote><i> In the same darkness, in the same distance<br />
We are painting the W<double> in the same way<br />
We will shine more and more so that you can find us<br />
Keep in mind that I love you.<br />
I wish…</i></blockquote><div style="text-align: justify;">"Di kegelapan yang sama, di jarak yang sama. Kita melukis W dengan cara yang sama. Kami akan terus bersinar agar kau bisa menemukan kami. Percayalah bahwa kami mencintaimu." Lihat? Sadarkah kalian, mereka menyisipkan suatu harap agar kita terus percaya pada mereka. Mereka berusaha untuk terus bersinar bagi para Cassie. Agar kita bisa menemukan mereka dimanapun dan kapanpun. Kata Cassiopeia, adalah legenda bagiku. Bagi TVXQ. Bagi JYJ.<i> </i></div><blockquote><i>Our paths will cross again, I am thinking about you every time I close my eyes, you’re everything<br />
It is still natural that you are by our side<br />
We can only wish that you are happy<br />
We will climb our stairs one by one<br />
We are still waiting for you, imagining our future</i><br />
<i>I wish..</i></blockquote><div style="text-align: justify;">"Jalan kita akan bertemu lagi, aku memikirkanmu setiap saat aku menutup mata, kau adalah segalanya. Hal itu alami saat kau ada di samping kami. Kami hanya berharap kau akan bahagia. Kami akan memanjat tangga itu satu demi satu. Kami tetap menunggu kalian, membayangkan masa depan." Sampai disini, sekali lagi aku menangis. Kedua kalinya setelah Untitled Song Part 1. Salahkah jika kita mengulurkan tangan sekali lagi? <i> </i></div><blockquote><i> We will keep your place here, until the day we can meet again<br />
We believe that we can laugh together with you once again</i></blockquote><div style="text-align: justify;">"Kami akan menyimpan tempat kalian disini, sampai hari kita bertemu lagi. Kami percaya kita akan tertawa bersama lagi." Aku yakin seyakin-yakinnya, lirik ini ditujukan untuk TVXQ Homin. Ya, mereka akan menyimpan sepotong kenangan itu di hati mereka. Sampai hari mereka bersama lagi. Sampai hari mereka mampu menyapa Cassie sebagai 1 grup. Bukan 2 grup terpisah. </div><blockquote><i> You’re my love Please hold on<br />
Even when the days pass by, and that there may be pains<br />
You are always our “PRIDE”<br />
The words that you murmured to the stars shining in the nightsky<br />
We still believe that it is not “Good bye”</i><br />
<i>Under the same sky, dreaming the same dream</i></blockquote><div style="text-align: justify;">"Kau adalah cintaku. Bahkan saat hari berlalu dan mungkin akan menjadi luka. Kau selalu menjadi harga diriku. Kata yang kau keluarkan pada bintang bersinar di langit malam. Kami teta percaya itu bukanlah selamat tinggal. Di bawah langit yang sama, memimpikan mimpi yang sama." Hua....... sumpah aku merinding disko saat sampai pada bagian ini. Mereka berlima pernah merajut mimpi yang sama. Menciptakan dunia lewat lagu mereka. Mengenalkan diri mereka lewat lagu. Dan saat mereka harus mengulang kembali kata itu walau tidak lagi sebagai TVXQ, itu bukanlah selamat tinggal.</div><blockquote><i> We are still searching for the W<double><br />
We will always shine in the same shape</i></blockquote><div style="text-align: justify;">"Kami tetap mencari bentuk W. Kita akan selalu bersinar dalam bentuk yang sama." Ya, mereka akan tetap bersinar untuk Cassie. Itulah yang paling penting. <br />
<i></i></div><div style="text-align: justify;"><i><br />
</i></div><div style="text-align: justify;">Sebenarnya ada yang mo aku posting lagi disini. Tapi berhubung aku sangat mengantuk dan Jaejoong oppa minta pijitin, maka... aku harus berhenti disini. Hehehe. Makasih buat yang udah baca. Tolong komennya ya. Thx..<i> </i></div>Fairy Tale At Nighthttp://www.blogger.com/profile/10885161554234368946noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1649055532573156546.post-9778856277425774752011-03-08T23:47:00.000-08:002011-03-08T23:47:20.467-08:00Junsu's Essay To Fans (Indonesia Translation)<div style="text-align: justify;">Satu jata lagi untuk JYJ. W-O-W. Surat Junsu pada fans ini menunjukkan kedewasaan mereka dalam menghadapi masalah yang ada. Mereka telah melihat dunia dengan cara yang berbeda. Terima kasih untuk blog <a href="http://www.jyjnotebook.blogspot.com/">JYJ Notebook</a> atas translate englishnya. </div><br />
<br />
<br />
<br />
<div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;">Hi teman. maukah kau mendengarkan cerita kami?</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;">Dulunya kami adalah anak yang penuh dengan mimpi.</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;">Kami sangat suka menyanyi.</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;">Dan kami ingin bertemu dengan orang-orang melalui lagu kami.</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;"><br />
</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;">Malam-malam kami lalui di ruang studio dengan keringat dan latihan.</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;">Ada orang-orang di samping kami yang berjuang untuk kami seperti keluarga.</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;">Kami juga bertemu dengan banyak teman.</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;"><br />
</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;">Akhirnya, kami bisa merasakan buah kerja keras darah dan keringat itu dengan mata dan tangan kami.</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;">Kami menjaga agar semua yang kami lakukan tidak melukai hati keluarga kami dan kami sangat berhati-hati dalam mengikuti apapun yang mereka katakan.</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;"><br />
</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;">Keluarga kami selalu berkata.</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;">Jangan biarkan pandanganmu bertanya-tanya pada dunia di luar sana. Tutup telingamu dengan semua suaranya. Semuanya hanyalah keegoisan, semua adalah dusta.</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;"><br />
</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;">Lalu pada suatu hari, kami menemukan begitu banyak kebenaran.</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;">Sebagai anak lelaki dalam tubuh lelaki dewasa, kami kebingungan.</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;">Dan kami tidak bisa menghentikan kemarahan dalam diri kami.</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;"><br />
Kami telah menjadi dewasa bahkan sebelum kami tahu akan hal itu.</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;">Walaupun kami diminta untuk tidak melihat dunia luar, diminta untuk tidak mendengarkan apapun.</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;">Kami berada di antara kebenaran dan kebohongan.</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;"><br />
</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;">Orang-orang yang kami kira adalah keluarga.</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;">Tiba-tiba menyatakan diri mereka bukan sebagai keluarga lagi.</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;">Hati kami terluka dan pikiran kami menjadi penyakit.</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;">Kami tidak bisa mempercayai siapapun.</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;">Kami telah berubah menjadi orang-orang di luar bayangan kami.</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;"><br />
</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;">Kami telah berubah, kehilangan mimpi.</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;">Kami akhirnya melihat itu untuk diri kami sendiri.</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;">Tempat kami seharusnya ada bukanlah disini.</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;">Pasti ada dunia lebih luas dan lebih cerah di luar sana.</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;">Jika tidak ada, kami akan membuatnya dengan lagu kami.</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;">(P.S. Chingu, aku mulai nangis pas sampai di bagian ini T_T)</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;"><br />
</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;">Kami mengatakan pada diri kami bahwa keluarga ini bukanlah keluarga sesungguhnya.</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;"> Kami mulai mencari teman baru.</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;">Teman yang bisa menyimpan mimpi kami dan menyembuhkan cacat di hati kami.</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;"><br />
</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;">Kami dalam proses mencari teman baru itu.</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;">Teman-teman kami menjadi keluarga.</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;">Dan kami tiba-tiba mendapatkan keluarga baru yang lebih menyayangi kami.</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;"><br />
</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;">Walaupun orang yang dulu kami anggap sebagai keluarga membalikkan punggung mereka.</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;">Dengan bantuan keluarga kami.</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;">Kami mampu untuk bernyanyi kembali.</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;">Hari dimana aku mampu melakukan itu.</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;">Aku tidak bisa berhenti menangis.</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;"><br />
</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;">Aku telah digerakkan oleh mimpi menulis dan menyanyikan lagu lagi.</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;">Saat kami bertemu dengan keluarga kami lagi di panggung tapi hati kami diisi oleh cinta untuk mereka.</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;"><br />
</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;">Aku tahu sekarang.</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;">Ada dunia dimana kita bisa saling mencintai dan mempercayai serta berbagi mimpi bersama.</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;"><br />
</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;">Keluarga kami sekarang adalah tentang cinta dan kejujuran.</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;">Maka kisah kami akan terus berlanjut.</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;"><br />
</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;">Kau akan terus disini untuk mendengar cerita kami, kan....??</div><br />
<div style="text-align: justify;">Girls... Aku merinding disko lo waktu translate nih surat ke bahasa Indonesia. Berarti, memang ini jalannya. Mereka senang. Mereka bebas. Coba kalian tonton video <a href="http://www.youtube.com/watch?v=EK6mSfsthu4">[ENG SUB] JYJ Interview MBN Entertainment Magazine 110211 + Download Link.</a></div><div style="text-align: justify;">Thanks for reading.</div><div style="text-align: justify;"> Please leave ur comment ^^..</div>Fairy Tale At Nighthttp://www.blogger.com/profile/10885161554234368946noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1649055532573156546.post-86230414087764116312011-03-08T03:56:00.000-08:002011-03-08T03:56:33.708-08:00from www.jyjnotebook.blogspot.com<h3 class="post-title entry-title"> <a href="http://jyjnotebook.blogspot.com/2011/03/jyj-goes-global.html">JYJ Goes Global</a> </h3><div class="post-header"> </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://dbskalways.files.wordpress.com/2011/02/jyj-images_24855-asianbite-dark.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="265" src="http://dbskalways.files.wordpress.com/2011/02/jyj-images_24855-asianbite-dark.jpg" width="400" /></a></div><br />
<br />
Wouldn't it be nice if we can get to see JYJ more often? A lot of fans are actually trying to find ways keep JYJ visible to the public eye. A clear evidence of that would be the recent release of a fan-based Internet broadcasting station specifically for JYJ called iLoveJYJ.com. This was formed due to the love of many JYJ fans and their desire to make sure that JYJ wouldn't go down with all the entertainment companies off to chase their careers to nonexistence. But with all that being said, most fans still think it's not enough.<br />
<br />
According to my previous post and with thanks to other JYJ fans, we've recently learned that Avex blocked one of the iLoveJYJ's broadcast replays on YouTube and they used the soundtrack as an excuse, which only meant iLoveJYJ made a real impact in the entertainment industry. Fans were not happy about what Avex did and now that Avex is making their move to prevent JYJ's increasing popularity, fellow fans had come up with a new solution.<br />
<br />
If JYJ can't freely appear in shows in Korea why not make them global? Imagine them being famous enough to go in U.S. talk shows, starring in American films and being featured all the time in music channels? We can help them become so big that they would be holding concerts worldwide, and that might mean YOUR country.<br />
<br />
So how is this going to work? Well first of all, we have to make them known in one of the most influential media source in the world: USA. Fans call it: Operation American Dream. The basic objective of this project is to make them known to American media. You probably have seen this advertised by other fans and it's time for us to make it happen. Below would be the link to the instructions on how to help JYJ become brighter stars than they already are.<br />
<br />
In addition to this, if you have twitter account you can tweet Oprah or The Ellen Show or other American talk shows so they would notice them. If we have a lot of people nagging them they're bound to get curious and notice JYJ is worth putting them on their show.<br />
<br />
<div style="text-align: center;">PLEASE HELP PROMOTE THIS PROJECT AS WELL SO OTHER JYJ FANS WOULD BE AWARE OF IT. THANK YOU. ^_^</div><br />
<div style="text-align: center;">Click Here ------> <a href="http://jyj3.wordpress.com/2011/03/02/project-promote-jyj-to-u-s-media/"><span style="font-size: large;"><b>OPERATION AMERICAN DREAM</b></span></a></div><div style="text-align: center;"><span style="font-size: large;"><b> </b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><b>(take out with no credits) </b></span></div>Fairy Tale At Nighthttp://www.blogger.com/profile/10885161554234368946noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1649055532573156546.post-89813295141670780132011-03-08T03:17:00.000-08:002011-03-08T03:17:58.420-08:00New Love. New Feeling. New Guy.<div style="text-align: justify;">Hua...... akhirnya aku bisa juga selingkuh dari Siwon. Haha...</div><div style="text-align: justify;">Jika ku bilang Siwon adalah segelas wine, maka dia adalah wine merah, wine putih, vodka, coklat, stroberi, dan anggur untukku. Pesonanya tidak bisa dan mustahil ditolak. Jika ku pikir Siwon adalah dewa, maka dia hanyalah manusia biasa. Dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Namun, justru itulah yang membuatku jatuh cinta. Bukan hanya jatuh cinta. Entahlah, kalau ada kata lebih wow dan hebat dari jatuh cinta, mungkin itulah aku.</div><div style="text-align: justify;">Saat aku merasakan hal ini, aku juga bingung. Aku yang dulu cinta mati dan mungkin rela memberikan segalanya untuk Siwon, beralih dengan sekejap pada cowok ini. Mungkin, karena aku melihat sesuatu yang lain padanya. Aku melihat dia seperti lost puppy. He is too thoughtful, begitu yang member lain katakan tentangnya. Maka, aku ingin mengimbanginya. Aku ingin menjadi orang yang ada disana saat dia mencoba kuat untuk orang lain.</div><div style="text-align: justify;">Siapa dia? Siapa cowok beruntung ini? </div><div style="text-align: justify;">Dia, adalah lelaki yang baru saja tadi malam baru saja menyinggahi mimpiku. Kim Jaejoong. Yup, salah satu missing peace dari TVXQ.</div><div style="text-align: justify;">Tadi, aku baru saja menonton JYJ Interview 2011, dan........ tiba-tiba saja, perasaan itu datang. Seperti angin. Seperti anak panah. Unpredictable....</div><div style="text-align: justify;">Dia tidak sempurna. Aku tahu itu. Tidak seperti Siwon yang mempunyai segalanya. Agama, uang, wajah, ketenaran... Jaejoong.. Mungkin, seperti sesuatu yang tidak bisa ku jelaskan dengan kata-kata. Aku hanya ingin mengatakan dengan ketidaksempurnaannya, dia berhasil memikatku...</div><div style="text-align: justify;">Hanya ada beberapa orang yang berhasil membuatku seperti ini. Dan setelah ku pikir, Siwon mungkin bukan salah satunya. Perasaan tenang dan kau merasa dia memang ada di dekatmu. Menemanimu dalam cara yang tidak bisa diterima akal sehat. Namun bisa dirasakan oleh hati. Perasaan tenang. Damai. Seakan ada sebuah bisikan bahwa semuanya akan baik-baik saja.</div><div style="text-align: justify;">Yang pertama, tentu saja Westlife. Lagu mereka bukanlah candu. Lagu mereka bukanlah kebutuhan. Lagu mereka, seperti esensi hidupku. Sudah mendarah daging disini. Aku tidak perlu dicekcoki oleh berbagai macam video saat dulu Super Junior datang ke hidupku. Yang mereka tawarkan, hanya sebuah rasa nyaman. Membuatku merasa diterima apa adanya. Fisik para member Westlife tentu saja jauh berbeda dengan Super Junior. Tapi, aku mencintai mereka bukan hanya dari sana. Aku mencintai musik mereka dan seberapa keras usaha mereka untuk tetap bertahan walau Bryan sudah hengkang.</div><div style="text-align: justify;">Westlife menempati tempat tersendiri di hatiku. Tempat yang tidak bisa dimengerti orang lain..</div><div style="text-align: justify;">Lalu... JYJ. Aku takjub seberapa jauh mereka membuatku seperti ini. Ku pikir, aku mencintai mereka seperti aku mencintai Westlife. Usaha mereka untuk tetap bernyanyi walau digempur oleh berbagai macam agensi dan channel televisi, cinta mereka terhadap Cassie. Semua itu benar-benar membuatku speechless.</div><div style="text-align: justify;">Ya, lagu mereka membuatku tenang. Alih-alih membuatku berteriak-teriak seperti orang kesetanan seperti saat aku menikmati Super Junior.</div><div style="text-align: justify;">Satu hal lagi, mereka membuatku yakin. Bahwa suatu saat nanti, aku pasti akan bertemu mereka. Entah bagaimana caranya. Aku hanya tahu. Dan mereka yang memberi tahuku. Aku percaya, aku akan bertemu mereka.</div><div style="text-align: justify;">Postingan ini bukanlah pembanding kekuatan antara Westlife, JYJ dan Super Junior. Postingan ini, murni pendapatku dan apa yang ku rasakan. Semua orang pasti mempunyai esensi hidup berbeda-beda. Dan kebetulan esensi hidupku adalah Westlife. Apa JYJ juga termasuk esensi hidupku? Aku tidak berani memastikan.....</div><div style="text-align: justify;">Aku hanya ingin menikmati perasaan ini sekarang. ^^</div>Fairy Tale At Nighthttp://www.blogger.com/profile/10885161554234368946noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1649055532573156546.post-529595351005965002011-03-07T03:01:00.000-08:002011-03-07T03:13:16.946-08:00Learn To Let Go<div style="color: magenta; text-align: justify;"><span style="font-family: Segoe Print; font-size: 14pt;"><br />
<span style="font-size: small;">Tubuh memang harus selalu dijaga girls. Jangan sampai kalian mengalami seperti yang ku rasakan sekarang, saat jadwal tengah padat-padatnya, tekanan darah ku drop sampai ke titik mengkhawatirkan. Ya, mungkin tidak sampai akut sehingga aku perlu dibawa ke rumah sakit. Paling tidak, cukup membuat aku was-was karena aku pernah opname karena penyakit ini.</span></span></div><div style="color: magenta; text-align: justify;"><span style="font-family: Segoe Print; font-size: small;"><br />
Btw, bukan itu yang mau ku bahas saat ini. Aku ingin berbagi dengan kalian, cara melepaskan. Keikhlasan. Sebuah kata sulit bagi hati yang sudah mengidam-idamkan sesuatu atau seseorang. Tapi, aku baru saja melewati proses ini. Mari kita mulai dengan sesuatu.</span></div><div style="color: magenta; text-align: justify;"><span style="font-family: Segoe Print; font-size: small;"><br />
Sebagai K-Popers, tentu majalah, DVD atau poster merupakan barang wajib yang harus dimiliki jika tidak mau ketinggalam berita. Namun, realita yang ada terkadang membuat kata wajib terdengar seperti tekanan di hati kita. Contohnya, baru-baru ini Korean Pop merilis majalah edisi yang membahas Super Junior from head to toe. Istilahnya, semua yang perlu kalian tahu ada di majalah itu. Awalnya, aku memang sangat menginginkannya sampai ku kira aku rela mengorbankan segalanya hanya untuk satu buah majalah. Percayalah padaku, aku mengalami keadaan yang mengenaskan kemarin saat menyadari uangku tidak cukup untuk membeli majalah itu. Aku meminta pada Ayahku, tapi beliau mengatakan lebih baik aku menggunakan uang itu untuk pelajaran. Aku marah. Sangat marah. Emosiku mengambil alih perasaanku. Aku tidak bisa berpikir jernih. Karena suatu perasaan bahwa hanya majalah itu satu-satunya pelipur laraku. Lalu, aku menelpon temanku dan menceritakan hal ini. Aku mengatakan padanya, andaikan aku menjadi si A yang kaya, cantik, dan pintar, mungkin aku tidak perlu merasakan hal ini. Namun, seperti sebuah pepatah,</span></div><blockquote style="color: magenta;"><span style="font-family: Vijaya; font-size: small;"><br />
<span style="font-size: large;">True friend knows your weakness but shows your strength. Feels your fear but fortifies your faith. Sees your anxieties but free you spirit. Recognize you disabilities but emphasizes you possibilities.</span></span></blockquote><div style="color: magenta; text-align: justify;"><span style="font-family: Segoe Print; font-size: small;"><br />
Dia menunjukanku kekuatan yang selama ini tidak pernah ku lihat dalam diriku. Nasihatnya sederhana saja, "Jangan ngeliat ke atas, Dil. Tapi liat ke bawah. Masih banyak orang yang ga beruntung dari kamu. Kalau kamu jadi si A, mungkin kamu ga bakal punya sahabat-sahabat seperti yang kamu punya sekarang." Sungguh, aku tertohok dengan jawabannya. Tiba-tiba saja, aku merasa sangat jahat. Aku egois dan hanya mementingkan perasaanku, bukan perasaan orangtuaku. Padahal aku sangat tahu, mereka sudah mengusahakan yang terbaik untukku. Lalu, setan macam apa aku jika aku harus menuntut lebih?</span></div><div style="color: magenta; text-align: justify;"><span style="font-family: Segoe Print; font-size: small;"><br />
Akhirnya, perasaan ikhlas itu, mengalir dengan sendirinya. Air mata kekecewaan berganti dengan air mata bahagia. Dalam diam malam itu, aku membisikkan doa, jika aku melepaskan majalah ini, pasti Tuhan akan mengganti dengan yang lebih baik. Karena sesungguhnya, Dialah Maha dari segala Maha. Aku tak perlu takut saat aku tidak memiliki majalah itu. Aku lebih takut jika Dia tidak ada di sisiku dan membiarkanku terombang-ambing dalam perasaan ini.</span></div><div style="color: magenta; text-align: justify;"><span style="font-family: Segoe Print; font-size: small;"><br />
Nah, sekarang, bagaimana harus mengikhlaskan seseorang...? Mari kita ambil contoh sederhana.</span></div><div style="color: magenta; text-align: justify;"><span style="font-family: Segoe Print; font-size: small;"><br />
Aku termasuk seorang pecinta yang hanya mencintai tanpa dicintai. Pengulangan tragedi itu bukannya membuat aku terbiasa, malah membuat aku bertambah sakit. Aku pernah mencintai seseorang tanpa peduli perasaanku sendiri. Gilanya lagi, aku malah tersenyum saat dia bahagia dengan cewek lain. Ya, karena aku mencintainya dengan cara berbeda. Bukan dengan obsesi atau emosi. Aku mencintainya selayaknya manusia. Mungkin, dialah cinta pertamaku. Aku tidak peduli bahkan jika dia tidak melihatku. Asal ku tahu dia bahagia, itu sudah cukup untukku. Mengikhlaskan seseorang yang kita cintai bukan berarti melupakannya dan menghapus cinta itu. Karena hukum cinta jauh berbeda dengan apa yang terjadi di dunia nyata. Semakin kau menyangkalnya, cinta itu malah semakin kuat. Biarkan saja seperti air mengalir. Cintai dia dengan sewajarnya. Cintai dia dengan bahagia, bukan dengan airmata. Maka, perasaan cinta itu akan terasa lebih indah.</span></div><div style="color: magenta; text-align: justify;"><span style="font-family: Segoe Print; font-size: small;"><br />
Chingu, ikhlas itu memang sulit. Sangat sulit. Butuh bertahun-tahun bagiku untuk meraihnya. Dan butuh beribu ironisme untuk menyadarinya. Seperti yang kemarin. Yah, aku ikhlas. Karena aku yakin, rencana Tuhan pasti selalu indah.</span></div><div style="color: magenta; text-align: justify;"><span style="font-family: Segoe Print; font-size: small;"><br />
Temanku mengatakan, hal yang tidak pasti terkadang menyakitkan. Namun, apakah ada yang pasti di dunia ini? Kita semua hanya sekumpulan ketidakpastian yang digerakkan oleh tangan takdir tak kasatmata. Jika pagi ini hujan, apa siang nanti juga akan hujan?</span></div><div style="color: magenta; text-align: justify;"><span style="font-family: Segoe Print; font-size: small;"><br />
Percayalah padaku, sekali kalian merasa ikhlas, maka akan sangat mudah untuk melepaskan hal lainnya....</span></div><div style="color: magenta; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="color: magenta; text-align: justify;"><span style="font-family: Segoe Print; font-size: small;"><br />
Untuk tambahan, pagi tadi aku berangkat ke sekolah. Baru tadi aku benar-benar memperhatikan sekitarku. Ada tunanetra, ada penjual tikar, ada anak putus sekolah. Dan tiba-tiba saja, aku menyadari betapa beruntungnya aku. Hal sepele yang tidak pernah ku pikirkan sejak dulu. Mungkin, karena aku mulai belajar bagaimana cara menengok ke bawah, bukan ke atas. Orangtua ku mengatakan, mereka yang melihat ke atas tidak pernah berhasil hidupnya. Maka, mulai sekarang aku harus belajar cara terus melihat ke bawah...</span></div><div style="color: magenta; text-align: justify;"><span style="font-family: Segoe Print; font-size: small;"><br />
Kawan, terkadang, kau merasa Tuhan itu tidak adil pada mu dan tidak pernah mendengarmu. Namun, sadarkah kau? Bahwa sebenarnya kitalah yang menjauh dari-Nya. Kitalah yang menutup hati atas bisikannya. Kita hanya ingin mendengar apa yang ingin kita dengar. Padahal, yang baik untuk kita belum tentu baik untuk Tuhan.</span></div><div style="color: magenta; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="color: magenta; text-align: center;"><span style="font-family: Monotype Corsiva; font-size: small;"><br />
<span style="font-size: large;">The Almighty God</span></span></div><div style="color: magenta; text-align: center;"><span style="font-family: Monotype Corsiva; font-size: large;"><br />
Ketika kau merasa dunia kosong oleh nyawa-nyawa. Ingatlah bahwa Tuhan itu ada.</span></div><div style="color: magenta; text-align: center;"><span style="font-family: Monotype Corsiva; font-size: large;"><br />
Ketika kau merasa baru menghirup nafas kehidupan. Ingatlah bahwa Tuhan Mahadahulu.</span></div><div style="color: magenta; text-align: center;"><span style="font-family: Monotype Corsiva; font-size: large;"><br />
Ketika kau kehilangan semua yang kau indahi. Ingatlah bahwa Tuhan Mahakekal.</span></div><div style="color: magenta; text-align: center;"><span style="font-family: Monotype Corsiva; font-size: large;"><br />
Ketika kau menghitung apapun serba ganda. Ingatlah bahwa Tuhan Maha Esa.</span></div><div style="color: magenta; text-align: center;"><span style="font-family: Monotype Corsiva; font-size: large;"><br />
Ketikan kau telah melukiskan potongan hidupmu yang sempurna. Ingatlah bahwa Tuhan Maha Berkuasa.</span></div><div style="color: magenta; text-align: center;"><span style="font-family: Monotype Corsiva; font-size: large;"><br />
Ketika kau berada di persimpangan jalan yang harus kau pilih. Ingatlah bahwa Tuhan Maha Menentukan.</span></div><div style="color: magenta; text-align: center;"><span style="font-family: Monotype Corsiva; font-size: large;"><br />
Ketika kau mengagungkan sebuah nama dalam tahajudmu. Ingatlah bahwa Tuhan Maha Tahu.</span></div><div style="color: magenta; text-align: center;"><span style="font-family: Monotype Corsiva; font-size: large;"><br />
Ketika kau mengerti kisahmu tak selamanya. Ingatlah bahwa Tuhan Mahahidup.</span></div><div style="color: magenta; text-align: center;"><span style="font-family: Monotype Corsiva; font-size: large;"><br />
Ketika kau membisikkan tahmid sepelan suara angin. Ingatlah bahwa Tuhan masih dapat mendengarmu.</span></div><div style="color: magenta; text-align: center;"><span style="font-family: Monotype Corsiva; font-size: large;"><br />
Ketika kau menyembunyikan apapun di sudut dunia. Ingatlah bahwa Tuhan selalu melihatmu.</span></div><div style="color: magenta; text-align: center;"><span style="font-family: Monotype Corsiva; font-size: large;"><br />
Ketika kau melantunkan ayat-ayat Al-Qur'an seindah nyanyian alam. Ingatlah bahwa Tuhan Maha Berkata-kata.</span></div><div style="color: magenta; text-align: center;"><span style="font-family: Monotype Corsiva; font-size: large;"><br />
Ketika kau menemukan segala kesamaan dari semua yang ada. Ingatlah bahwa Tuhan berlawanan dengan semua yang baru.</span></div><div style="color: magenta; text-align: center;"><span style="font-family: Monotype Corsiva; font-size: large;"><br />
Ketika kau merasa goyah dalam langkahmu. Ingatlah bahwa Tuhan Maha Berdiri Dengan Sendirinya.</span></div><div style="color: magenta; text-align: center;"><span style="font-family: Monotype Corsiva; font-size: large;"><br />
<br />
</span></div><div style="color: magenta; text-align: center;"><span style="font-family: Monotype Corsiva; font-size: large;"><br />
(Kutipan Puisi dari Novel Izinkan Aku Bersujud by Tyas Effendi)</span></div>Fairy Tale At Nighthttp://www.blogger.com/profile/10885161554234368946noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1649055532573156546.post-14356428791054430812011-03-06T04:27:00.000-08:002011-03-08T23:55:41.023-08:00The Mind Eps 1<div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Harrington;"><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">Aku mencengkeram lengan duduk pesawat dengan keras. Butiran keringat sudah mulai bercucuran di dahiku. AC pesawat tidak bisa meredam lembab yang dikeluarkan oleh tubuhku karena respon berlebihan ini. Ah, seharusnya aku sudah tahu ini akan terjadi. Aku yakin, seseorang di sebelahku kini tengah memandang ku dengan heran. Sama seperti respon orang kebanyakan karena reaksi abnormalku.</span></span></div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
Aku mengingat apa yang dipesankan oleh Nenek Rose. Kendali pikiran. Ya, itulah yang dia katakan setiap kekuatanku ini kumat. Aku mulai menarik nafas dalam-dalam. Mengalirkan oksigen ke seluruh tubuhku. Meditasi dalam diam. Lagu-lagu favorit ku mendendangkan melodinya jauh dalam tempurung otakku. Aku memikirkan sebuah tempat damai dimana kubah langit biru melengkung dan bunga matahari menari. Sepertinya aku mulai bisa membayangkan tempat itu. Aku bisa mencium aroma yang sebenarnya hanya buatan oleh alam bawah sadarku.</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
Perlahan, kabut hitam itu mulai tersibak. Pikiran-pikiran aneh itu mulai memudar. AC pesawat kembali bekerja pada pori-pori tubuhku. Tak ada lagi bunyi teriakan dalam otak reptilku. Tak ada lagi teriakan minta tolong. Aku membuka mataku lalu menoleh ke samping, tempat seorang remaja ibu paruh baya memandangku aneh. Yang bisa ku berikan hanya senyum datar...</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
Ya, aku memang abnormal. Kekuatan mistik jika dihubungkan dengan dunia klenik. Tapi, nenek ku sekaligus mentorku mengatakan aku bukanlah manusia gaib yang bisa melihat tembus pandang ataupun melihat hal-hal aneh. Kekuatan ini alami, begitu kata dia. Yah, aku tidak bisa melihat kealamian ketika bisa membaca pikiran orang lain, memasuki mimpi orang lain, melihat masa depan, atau bahkan melihat sesuatu yang bahkan bukan seorang manusia. Orang pertama yang ku baca pikirannya adalah sahabatku, Jingga. Entahlah, rasanya seperti beberapa truk lewat di depan rumahmu. Bergemuruh. Tapi itu bukan pikiranku. Dan, Jingga terus penasaran serta terus mendesakku. Anehnya, saat dia menanyakan siapa yang tengah dipikirkannya kini, aku selalu benar. Sejak saat itu, aku merasa otakku bukanlah milikku lagi. Seakan otakku hanyalah podium besar dimana puluhan orang singgah untuk menggunakannya.</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
Beberapa hari setelah itu, Nenek Rose mengunjungi rumahku. Anehnya, dia tidak ingin menemui ibuku. Justru dia mengajakku ke sebuah kamar yang ada di rumahku. Lebih aneh lagi, karena sebelumnya, kamar itu termasuk lokasi terlarang di rumahku. Ibu mengatakan kamar itu akan terbuka dengan sendirinya saat takdir telah menemukan Dia. Aku mengira itu hanyalah dongeng karangan Ibu. Sampai pada hari itu....</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
Ya, kamar itu adalah milik Nenek Rose dulu. Dia menceritakan padaku semuanya. Bahwa aku mewarisi kekuatannya. Dan aku harus menemukan misiku agar kekuatan ini tidak sia-sia. Untuk seorang remaja yang baru berumur 16 tahun kala itu, tentu saja aku bingung dan tidak percaya. Namun, lagi-lagi fakta yang diberikan Nenek Rose membuatku bungkam. Contohnya, Jingga. Setiap ada hal buruk yang terjadi padanya, aku lah yang selalu ada disana. Apapun yang dia pikirkan, seakan aku telah mengetahuinya satu detik sebelum dia mengatakannya. Jingga yang pikirannya hanya dipenuhi oleh logika dan logika tunduk patuh begitu aku mengajukan teori mistis yang selama ini disangkalnya. Itulah kekuatanku. Bisik Nenek Rose.</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
Sejak itulah, aku mengasah kemampuanku dan cara mengendalikannya. Seperti tadi, tiba-tiba saja berjuta pikiran melesak ke dalam kepalaku. Teriakan minta tolong. Jerit kegembiraan. Desah kepuasan. Semuanya tidak cukup untuk ditampung dalam otak sekecil punyaku. Itulah gunanya meditasi. Untunglah, kali ini aku berhasil..</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
Sepertinya, aku butuh tidur...</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">---------------------------------------------------------------------------------------------------------------</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
Sumpah, koper yang ku seret ini pasti menandingi berat seekor kingkong. Bandara Soekarno-Hatta yang panas benar-benar membuat cuaca hari ini sempurna. Kalau saja tidak teringat dengan misi ku seperti yang disebut-sebut oleh Nenek Rose, aku tidak sudi berdesak-desakan disini, demi orang lain pula.</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
Nenek Rose mengatakan, bukan kita yang menentukan misi itu. Tapi misilah yang menentukan kita. Dan, misi yang memilihku kali ini cukup bombastis kalau tidak bisa dibilang gila. Misi pertama yang membuatku ingin menepuk pipiku dengan keras, siapa tahu ini mimpi, kan?</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
Sebagai intro, mari ku perkenalkan kalian dengan duniaku. Aku dan Jingga adalah para K-Pop. Namun, idola kami jauh berseberangan. Jika aku adalah ELF dan Cassie, maka dia adalah penggemar produk yang masih fresh, Shawol. Sebagai Cassie, tentunya aku tidak setuju dengan berpisahnya 5 jagoanku itu. Maka, malam saat aku membaca pikiran Jingga untuk pertama kali, malam itu jualah aku bisa melihat emosi tersembunyi dari Yunho, Jaejoong, Xiah, Yoochun, dan Changmin. Ada sesuatu yang aneh di mata mereka. Bahkan, aku bisa merasakan emosi mereka. Ya, bukankah sudah ku katakan bahwa aku ini abnormal? Singkat cerita, aku tahu sesuatu yang tidak diketahui oleh Cassie yang lain. Lalu, keyakinan itu menelusup pelan dalam diriku. Aku tidak bisa menjelaskan bagaimana caranya. Mungkin seperti belitan ular. Mengendap. Halus. Membius. Namun pasti. Aku tahu, hanya tahu, bahwa inilah jawaban aku memiliki kekuatan ini. Untuk menyelamatkan mereka. Dari apa..? Jangan ditanya, aku pun sudah cukup frustasi mencari jawabannya.</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
Misi yang akan memilihku. Itulah hal yang ku ingat saat Om ku menyerahkan tiket PP ke Jakarta plus tiket konser JYJ. Tidak tanggung-tanggung VIP A. Om ku mengatakan bahwa travel yang digunakan JYJ adalah travel pusat dimana Om ku sebagai manajer di travel cabangnya. Ya, takdir telah menentukan jalannya sendiri untukku.</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
Maka, disinilah aku. Seorang remaja polos tanpa bekal sama sekali di belantara Jakarta dengan kekuatan abnormal untuk menyelamatkan pujaan gadis di seluruh dunia.</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">---------------------------------------------------------------------------------------------------------------</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
Pernahkah kalian merasa mengenali sesuatu jauh disana namun kalian tak tahu apa? Aku merasakannya kali ini. Aku mengenali gelombang pikiran ini. Tidak seperti pikiran lain yang asing dalam alam bawah sadarku. Pikiran ini, sangat ku kenal. Seperti teman lama. Lautan orang yang ada di bandara tidak menyurutkan keinginanku untuk mengenali pikiran ini. Entahlah, aku juga tak mengerti. Seingatku, hari dimana aku tiba saat ini juga merupakan hari kedatangan JYJ ke Jakarta. Mungkinkah, ini mereka? Apakah, aku benar-benar akrab dengan pikiran mereka? Aku tidak mengerti.</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
Aku bisa merasakan pikiran itu mendekat. Gelombangnya semakin kuat. Membelai seperti anak kecil. Aku tahu pikiran siapa ini. Tapi, apakah itu mungkin?</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">---------------------------------------------------------------------------------------------------------------</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">YOOCHUN POV</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
Aku memandangnya sedari tadi. Gadis yang tengah memelototi gerai pernak-pernik dari Kalimantan. Kenapa aku tahu? Tentu saja karena aku memang terobsesi untuk pergi kesana. Mungkin itulah daya tariknya.</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
Dia memakai jaket kulit berwarna hitam dengan topi rajut berwarna merah. Rambut coklat bergelombangnya dibiarkan tergerai begitu saja. Aku yang biasanya bahkan tidak sempat untuk melihat orang-orang disekelilingku, terbius olehnya. Aku tidak memperdulikan lagi rombonganku yang telah meninggalkanku. Tak ada yang penting bagiku sekarang, aku hanya ingin menemuinya. Sekedar melihat mukanya lebih dekat. Dan menyimpannya sebagai memori indahku. Karena siapapun dia, dia terlihat begitu memikat.</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
Tapi, bagaimana jika ternyata dia adalah seorang Cassie, seorang Cassie akut seperti mereka yang berada di Korea? Bagaimana jika ternyata dia mengenali ku? Sesaat, aku ragu. Pada saat itulah dia berbalik dan menatapku.......</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
Pernahkah kalian mendengar bahwa saat kita bertemu dengan Dia, dengan Dia yang kita cari-cari, waktu akan berhenti? Kebisingan akan memudar? Hatimu mendendangkan harmoni indah dengan ritme yang membuatmu terlena? Ya, itulah yang kurasakan saat ku melihatnya. Aku tidak bisa berpikir apa-apa lagi selain begitu cantiknya dia. Aku tidak pernah merasa seperti ini. Sungguh, siapa dia....?</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
Tubuhku seperti bertindak lebih jujur daripada pikiranku. Tubuhku mengambil alih pikiranku yang telah membeku. Aku berjalan ke arahnya.</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">---------------------------------------------------------------------------------------------------------------</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
Oh Ya Tuhan, benar dugaanku. Pikiran itu, milik Yoochun. Begitu aku berbalik, dia tengah memandangku. Tidak, dia tidak boleh tahu bahwa aku seorang Cassie dengan misi ganda, bertemu dengan mereka sekaligus membebaskan mereka. Maka, aku hanya mematung disini. Padahal, sedari tadi, emosi ku benar-benar ingin berteriak karena dipandang dengan tatapan Apollo oleh seorang Yoochun.</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
Dia berjalan ke arahku. Dia mendekatiku. Dalam jarak dua meter, aku sudah bisa mencium aroma tubuhnya. Campuran mint dengan citrus. Seperti aroma tanah setelah hujan reda. Membiusku. Sial, mengapa aku tidak bisa berbalik?</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
"Hi, do u know something about that painting?" Yoochun. Sekarang. Berbicara. Pada. Ku. Dengan. Matanya. Dia. Memandangku. Aku. Benar. Benar. Akan. Pingsan.</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
"Umm, yes, so far, I know that is the forest in my hometown." Sungguh, aku ingin sujud syukur sekarang. Otakku bisa diajak bekerja sama. Bukannya sama membeku dengan emosiku kali ini.</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
"You're from Kalimantan?" Pandangan Yoochun yang awalnya terpaku pada lukisan hutan itu beralih padaku. Gila. Para Cassie mungkin akan membunuhku jika mereka tahu hal ini.</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
"Yes. I am. In Banjarmasi. Not in equatorial line. Thanks God for that." Aku memberikan senyum ku. Senyum paling manis yang pernah ku tahu.</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
"Why? I heard that the nature in equatorial line is great. It would be better if u lived there. Maybe I'll be glad to visit you." Hah? Apa? Itu, Yoochun godain aku? Oh Tuhan. Aku butuh nafas buatan</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
"Yeah. But, it is so hot. Moreover, I really want the snow come in Indonesia. Jadi, ku pikir akan aneh jika aku tinggal disana dan mengharapkan salju." Lidahku berbicara dengan mulus dan lancar.</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
"Hahaha. There is snow in my hometown. Maybe you will like to stay there." Yoochun tertawa. Dia tertawa denganku. Nenek Rose benar. Inilah misiku. Takdir menunjukkan kekuatannya. Takdir telah bicara. Yang harus ku lakukan, hanya mengikuti arus tanpa melawannya.</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
"Thank you for offering it to me. Haha. But, no thanks. I won't stay in your country with no guarantee." Aku tertawa. Mengimbangi tawanya. Satu-satunya yang ku harapkan kali ini hanya semoga suaraku semerdu tawa Tiffany.</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">--------------------------------------------------------------------------------------------------------------</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">YOOCHUN POV</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
Ya Tuhan, suaranya benar-benar merdu. Semerdu gemericik air yang sering ku bayangkan. Semerdu suara tawa Dewi di kahyangan sana. Semerdu suara lonceng di rumahku. Ya, suaranya terdengar seperti rumah. Aku telah jatuh cinta. Semudah ini? Mungkin. Aku tidak ingin memikirkannya. Aku tidak ingin melewatkan satu detik pun untuk memikirkan hal selain dia.</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
Matanya berwarna coklat. Coklat terang. Aku yakin, matanya adalah bagian yang pertama kali diperhatikan saat seseorang bertemu dengannya. Matanya seakan mengucap ribuan kata dalam waktu satu detik. Seperti permukaan air. Berubah-rubah sesuai gejolak alam yang ada. Sesuai pantulan bayangan yang tercipta. Hidungnya mungil seperti gadis Asia pada umumnya. Tidak seperti gadis Korea yang telah dicekcoki berbagai macam operasi pemolesan wajah. Bibirnya merah penuh. Sangat menggoda. Seperti apel merah ranum yang sering ku nikmati. Kulitnya putih. Dan dia mungkin 10 cm di bawahku. Ya, dialah orangnya...</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
Tapi, ritual memandangi wajahnya tiba-tiba terputus dengan suara berisik di belakangku. Aku melihat dia terkejut. Aku masih linglung. Butuh 10 detik untuk mencerna keadaan yang berbalik 180 derajat ini.</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
"Yoochun oppa? Is that really you?" Bodohnya aku. Kenapa tidak terpikir kemungkinan tentang banyaknya Cassie yang berkeliaran di bandara ini.</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
Aku menatapnya sekali lagi dan mengatakan 'Sorry' tanpa suara. Sepertinya dia mengerti dengan senyum dan anggukannya. Apakah dia mengenaliku sebagai JYJ, atau sebagai TVXQ, atau sebagai artis Korea. Ah, aku tidak peduli. Aku hanya ingin dia melihatku sebagai Yoochun. Bukan dengan status di belakangnya.</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
Perlahan. Aku berbalik. Menatap 5 gadis remaja di depanku dengan senyum terpaksa. Lalu....... aku mengambil langkah seribu. Sebodo dengan pemberitaan di media nanti. Aku hanya ingin menyelamatkan diriku sendiri saat ini...</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">---------------------------------------------------------------------------------------------------------------</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
Dia lari. Dengan kencang. 5 gadis remaja tadi sempat shock, tapi mereka mengejar Yoochun juga. Sementara aku masih terpaku disini. Hanya sampai sini? Lalu, dimanakah jalan takdir itu? Bukankah harusnya ada jalan yang bisa mempertemukanku lagi dengan Yoochun? Tapi, mengapa semuanya terputus sampai disini?</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
Aku memandang ke bawah. Apa itu? Handphone? iPhone? Aku mengambilnya. Sepertinya ini benar milik Yoochun. Senyum tergores di bibir ku. Yah, takdir memang tidak meninggalkan ku. iPhone ini, entah bagaimana, terjatuh dari saku Yoochun. Menunjukkanku ke jalan terang. Sekali lagi.</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">---------------------------------------------------------------------------------------------------------------</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
"Ayyy girl. Tried to make you my baby. Instead you make me go crazy...." Nada dering itu menghentak di mini bus travel jemputanku. Puluhan mata memandangku kali ini. Aku mengerut dan tersenyum penuh penyesalan pada mereka.</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
Aku menatap iPhone yang layarnya berkedip itu. Huruf Hangul lagi. Tapi, sepertinya aku mengenal tulisan ini. Sepertinya, Jaejoong lah yang menelpon ke handphone Yoochun. Tanpa pikir panjang, aku langsung menekan tombol hijau.</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
"Hello..." Aku yakin, suaraku lebih menyerupai anak kucing kejepit bajaj daripada suara manusia.</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
"Umm.. Hello.. Is this Yoochun's phone?" Logat Jaejoong terdengar aneh di telingaku. Tidak seperti suara Yoochun yang dalam dan pas di telinga. Eh, kok malah ngelamun kaya gitu sih? </div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
"Yes. I am his new friend. Tadi handphone Yoochun jatuh waktu aku ketemu sama dia. Jadi aku simpen. Kamu Jaejoong?" Aku sengaja memelankan kata 'Jaejoong', siapa tahu di minibus ini juga ada beberapa Cassie.</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
Lama tidak terdengar balasan di sana. Mungkin, Jaejoong menimbang beberapa kemungkinan. Aku berharap bukan kemungkinan terburuk yang dia putuskan. </div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
"Iya, benar. Aku Jaejoong. Dari tadi, aku tidak bisa menemukannya. Kau tahu dimana dia?"</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
"Tadi, dia buru-buru meninggalkanku. Dan aku sudah tidak bisa menemukannya lagi di bandara. Bagaimana kalau kamu mengambil handphonenya dulu. Aku merasa tidak enak."</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
"Baiklah, terima kasih. Aku hanya takut dia tersesat dan diculik oleh para Cassie. Kau tahu seberapa gilanya mereka, kan?" Aku tidak tahu Jaejoong bercanda atau tidak. Ku putuskan untuk tertawa saja.</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
"Haha. Tenanglah. Aku tahu Yoochun. Dia tidak mungkin sebodoh itu." Ya, aku memang mengenal Yoochun. Aku habiskan malam-malam dengan memandangi foto dan mengenal emosinya. Aku belajar untuk mengenal pikirannya. Bagaimana cara dia merasa. Tentu saja aku mengenalnya. Mungkin, lebih dari yang lain. Dan untuk Jaejoong, tidak usah ditanya. Aku merasa menjadi dirinya. Aku merasa berbagi pikiran dengannya. Aku mengirimkan gelombang ku padanya. Agar dia mengenaliku saat kami bertemu nanti. Sedangkan untuk Xiah, entahlah. Seakan ada dinding besar yang menghalangiku untuk mengenalnya. Aku belum menemukan gelombang yang pas dengannya. Tapi, aku percaya semuanya hanya masalah waktu.</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
"Kami menginap di Hotel Red Wine. Bisakah kau datang kesini?" Aku terkesiap. Tidak siap dengan kebetulan ini. Aku juga berada di hotel yang sama dengan mereka.</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
"Kebetulan sekali. Aku juga berada di hotel itu. Bisakah kau menghubungiku lagi nanti? Aku harus pergi sekarang...."</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
"Tentu saja. Aku akan menghubungimu 30 menit lagi. Bye." Perasaanku saja, atau suara Jaejoong terdengar kecewa saat berpisah denganku. Baguslah. Paling tidak berarti usahaku membaca pikiran mereka tidak sia-sia.</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
"Oke, bye..."</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">---------------------------------------------------------------------------------------------------------------</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">(to be continued)</div>Fairy Tale At Nighthttp://www.blogger.com/profile/10885161554234368946noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1649055532573156546.post-17505136555333491692011-03-04T21:01:00.000-08:002011-03-04T21:01:59.184-08:00One Time Out Of The Fate (Sinopsis)<div style="text-align: justify;">Sementara novel ku yang ini ga kelar-kelar karena banyaknya kendala, kayak fashion show di Paris, rekaman di London, honeymoon sama Siwon di Itali, sama wisata kuliner bareng Han Geng di Bali, aku memutuskan buat nyeritain sinopsisnya aja ya. Hehehe. Sebenernya plot dan scene nya sudah tersimpan di kepalaku. Cuman males aja buat mulai nulisnya. Kayaknya aku lebih cocok dari sutradara deh. Haha.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dylandia Elfyza, seorang pelajar di Banjarbaru, adalah seorang ELF akut selama 2 tahun belakangan. Selama periode gilanya, dia ditemani oleh teman kecilnya, Dido Catur Pratama. Blasteran London, Itali, Jepang dan Indonesia. Bayangin aja matanya adalah mata Justin Bieber, hidungnya hidung Siwon, bibirnya punya Siwon, dagunya punya Han Geng, rambutnya keriting imut warna coklat pasir, pokoknya cakep deh. Nah, suatu hari, Dyland ini baca berita kalo Leeteuk bakal keluar dari Suju karena ngikutin wajib militer. Dyland kecewa. Sangat kecewa. Dia merasa sia-sia terus mencintai SUJU selama ini sementara mereka ternyata tidak memperdulikannya. Akhirnya, dia memutuskan untuk mengakhiri mimpinya bersama SUJU dan hanya fokus pada kenyataan. Ritual mengakhiri mimpi itu dilakukannya dengan melempar botol berisi surat di dalamnya untuk Dewa Zeus, Dewi Mimpi, Dewi Waktu, Dewi Memori dan Dewi Cinta. Dia memutuskan untuk tidak lagi percaya pada dongeng semacam itu.</div><div style="text-align: justify;">Ternyata, surat itu sampai ke tangan Dewa Dewi di atas sana. Dewa Zeus pun membuat keputusan bahwa Dyland harus dibuat percaya lagi pada keajaiban. Dia pun menyuruh Dewi Mimpi untuk membuat mimpi yang baru untuk Dyland. Dewi Waktu untuk memundurkan waktu untuk Dyland agar dia bisa membuat keajaiban yang lain. Dewi Cinta untuk mewujudkan cinta Dyland. Dan Dewi Memori untuk menjaga memori Dyland sekaligus menghapuskannya.</div><div style="text-align: justify;">Mereka berlima menemui Dyland yang saat itu tengah berada di kamarnya. Berikut scene yang tergambar di kepalaku..</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">"Siapa kalian.....?" Dyland bukan main terkejutnya saat 5 makhluk itu berdiri di hadapannya. Mereka jelas bukan manusia. Karena tubuh mereka hanya terdiri dari partikel cahaya dan berpendar dalam kamar Dyland yang gelap.</div><div style="text-align: justify;">"Kami adalah Dewi yang selama ini selalu kau percayai." Dewi Waktu menjawab ketakutan Dyland.</div><div style="text-align: justify;">"Aku pasti bermimpi." Dyland memukul kepalanya. Ditemui oleh 5 Dewi bukanlah mimpi yang indah, apalagi jika skenario setelah ini adalah keluar dari takdir yang sebenarnya.</div><div style="text-align: justify;">Dewi Mimpi tersenyum. "Benar. Ini adalah mimpi. Dan, di mimpi kau bebas melakukan segalanya, kan...?"</div><div style="text-align: justify;">"Ya, kau bisa mewujudkan cintamu, Dyland. Ini adalah kesempatan terakhirmu mencintai mereka. Hanya dalam mimpi ini.." </div><div style="text-align: justify;">"Lalu, apa yang harus ku lakukan?"</div><div style="text-align: justify;">"Kau, hanya harus mengubah sejarah." Dewi Waktu menjawab, sayangnya, Dyland tidak melihat senyum licik di bibirnya.</div><div style="text-align: justify;">"Aku, sebagai Dewi Waktu, akan memundurkan waktu untukmu di saat Han Geng belum keluar dari SUJU. Tugasmu hanyalah bagaimana supaya Han Geng membatalkan niatnya untuk keluar. Mudah, bukan..?"</div><div style="text-align: justify;">"Ya, tentu saja. Aku akan melakukannya. Ini mimpi, kan? Ku harap, aku tidak akan terbangun sebelum misiku berhasil." Dyland tersenyum lebar.</div><div style="text-align: justify;">"Tenang saja. Kau tidak akan terbangun..."</div><div style="text-align: justify;">Segera setelah Dewi Waktu berkata begitu. Mereka menghilang. Kamar Dyland terang kembali. Jam di ruang tengah berdentang. Dyland melihat jam di kamarnya. Jam 12 malam tepat. <i>Aneh, padahal tadi baru jam 9.</i> </div><div style="text-align: justify;">Tapi, dentangan yang harusnya berlangsung 12 kali itu, terhenti pada dentangan ketiga. Jam di kamar Dyland ikut mati.</div><div style="text-align: justify;">Lalu, semuanya menjadi aneh. Jantung Dyland berdetak kencang serasa pembuluh darahnya disumbat oleh benda tak kasatmata. Udara terasa padat. Angin yang datang dari ventilasi kamar Dyland, hilang entah kemana. Udara tidak panas juga tidak dingin. Tak ada suara apapun yang didengar Dyland. Hanya nafasnya dan jantungnya. Waktu.... terhenti....</div><div style="text-align: justify;">Dalam waktu sepersekian detik, pandangan Dyland gelap.....</div><div style="text-align: justify;"><i>Dyland, kau harus menyelesaikan misi ini selama 4 minggu. Jika tidak, kau akan terjebak di masa lalu selamanya. Sejarah akan berubah menjadi lebih buruk. Kau tidak akan menjadi manusia lagi, melainkan tahanan kami. Namun, jika kau berhasil. Kau akan menyatukan mereka kembali. Dengan satu syarat, kau akan kehilangan memori tentang mereka. Begitu juga mereka akan kehilangan memori tentangmu. Kau tidak mengenal Super Junior. Mereka tidak pernah mengenal Dyland, gadis yang sesungguhnya telah menyelamatkan mereka. Apa kau siap?</i></div><div style="text-align: justify;">Suara itu terus mengiang di otak Dyland. Dia merasa baru saja menjalani sebuah perjalanan panjang dengan jutaan rintangan. Matanya sangat berat untuk dibuka. Tapi, dia harus membuka matanya karena sapaan lembut yang tengah memanggilnya kini.</div><div style="text-align: justify;"><i>"Hey, who are u? Come on. Wake up." </i>Suara itu terus berputar seperti tombol repeat. Dengan susah payah, Dyland membuka matanya.</div><div style="text-align: justify;">Dan........ muka itu terpahat bak lukisan Apollo di museum Yunani. Tanpa cacat. Flawless. Benarkah itu dia..?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">---------------------------------------------------------------------------------------------------------------</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Bersambung nih. Kira-kira, tuh cowok siapa ya..? Lalu, Dyland sebenarnya ada dimana sih..? Tunggu kelanjutan cerita ini setelah aku punya mood bagus buat nulis lagi ya. Hehehehe.</div>Fairy Tale At Nighthttp://www.blogger.com/profile/10885161554234368946noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1649055532573156546.post-30107262277763786362011-03-04T19:38:00.001-08:002011-03-04T19:38:25.941-08:00Between JYJ and TVXQ<div style="text-align: justify;">Kemarin, aku baru saja mendownload album terbaru JYJ, Their Rooms. Dan aku langsung mencari lirik plus translationnya. Tak ada yang aneh saat pertama aku membaca liriknya, tapi, aku menemukan satu lirik lagu yang tidak ada dalam lagu yang ku download. Judulnya, Untitled Song Part 1. Aku penasaran. Terlebih, baris pertama dari lagu itu berbunyi seperti ini. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><link href="file:///C:%5CUsers%5Csaini%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Csaini%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Csaini%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:1;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-520092929 1073786111 9 0 415 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
p
{mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0cm;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0cm;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac></div><blockquote style="font-family: "Courier New",Courier,monospace;">Have I told you this kind of story before?<br />
In 2003, we completed a few months of probation period, and we finished our first task with ease.<br />
In 2004, we were employees of the month, and achieved many best results, but we couldn’t be satisfied with those alone.</blockquote><div style="text-align: justify;">TVXQ memulai debutnya pada tahun 2003 dan pada tahun 2004, temanku berkata mereka meraih sangat banyak penghargaan. Alert di kepalaku pun langsung berbunyi, lagu ini, dibuat dan dinyanyikan JYJ untuk mengenang tahun-tahun saat mereka masih bersama Yunho dan Changmin.</div><div style="text-align: justify;">Tapi, keanehan tidak berhenti sampai disini. Misiku sebagai Cassie, aku akan mengungkap misteri di balik perpisahan JYJ dan TVXQ. Aku yakin, ada unsur rekayasa yang sengaja dibuat oleh SM Entertaiment. Semuanya tidak murni karena masalah kontrak. Karena, persahabatan antara Yunho, Jaejoong, Junsu, Yoochun, dan Changmin terlalu erat untuk dipisahkan hanya karena masalah itu.</div><div style="text-align: justify;"><link href="file:///C:%5CUsers%5Csaini%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Csaini%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Csaini%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:1;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-520092929 1073786111 9 0 415 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
p
{mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0cm;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0cm;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac></div><blockquote>We weren’t able to endure anymore and we started wishing for more things.<br />
In 2005 we branched overseas, and we thought it would be easy like how it was in Korea.<br />
For our first challenge, we recorded our worst results and from then on, our confidence dropped.<br />
A languge we couldn’t even speak,<br />
Everyday, we stayed at the place we were living at and our company<br />
They said it was for our own sake and that that imprisonment was not an imprisonment.</blockquote><div style="text-align: justify;">Song Hye Jin, temanku yang juga seorang Cassie, walaupun sekarang dia masih dalam masa berkabung karena berpisahnya TVXQ, mengatakan pada ku bahwa TVXQ memulai debut mereka di Jepang pada tahun 2005. "Bahasa yang bahkan tidak bisa kita pelajari. Setiap hari, kita tinggal di tempat yang mereka sediakan. Mereka bilang, semua itu adalah demi kita dan rumor bahwa kita adalah tahanan itu salah." Sampai pada titik ini, beberapa tabir telah terbuka. TVXQ diperlakukan tidak sebagai manusia oleh SM melainkan hanya sebagai tahanan dan mesin uang untuk mereka. Aku tahu, TVXQ melakukan itu semua untuk para Cassie. Tapi, pada satu titik, bisakah Cassie juga memandang mereka sebagai manusia, bukan hanya sebagai penghibur dan motivasi hidup semata. Jujur, sedikit banyak, aku merasa sama dengan SM. Cassie menuntut TVXQ untuk melakukan hal yang lebih dan lebih sampai pada suatu limit mereka tidak bisa lagi. TVXQ itu seperti lilin. Mereka bersinar untuk orang lain dengan api yang mereka miliki. Padahal, api itu sendiri membakar mereka...</div><div style="text-align: justify;"><link href="file:///C:%5CUsers%5Csaini%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Csaini%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Csaini%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:1;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-520092929 1073786111 9 0 415 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
p
{mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0cm;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0cm;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac></div><blockquote>Extreme loneliness, tears, rage; all of these made us united as one.<br />
Even if anything were to happen by chance, we said that we would not leave each other…<br />
While saying that we would only resemble each other’s good side,<br />
We made up our minds and ran off.</blockquote><div style="text-align: justify;"> "Kesendirian yang hebat, airmata, derita, semua itu membuat kita menjadi satu. Bahkan jika ada beberapa hal yang terjadi di luar dugaan kita, kita berkata bahwa kita tak akan meninggalkan satu sama lain." Aku menangis. Entah untuk yang keberapa kalinya. Tapi, tangis ku kali ini berbeda. Aku tidak menangis karena aku kehilangan TVXQ secara utuh, aku menangis tidak karena aku harus mencintai mereka secara terpisah, sebagai JYJ dan TVXQ. Aku menangis karena membayangkan, tidak akan ada lagi Yunho yang akan menghibur Jaejoong. Tidak akan ada lagi 5 suara yang dulu berjanji untuk selalu bersama. Yang ada, hanya 3 suara sebagai JYJ. Lead vocal, top baritone, dan low baritone. Yang ada, hanya 2 suara sebagai TVXQ. Bass dan top tenor. Aku menangis untuk mereka. Aku menangis dalam posisiku sebagai manusia. Bukan sebagai Cassie atau siapapun.</div><div style="text-align: justify;"><link href="file:///C:%5CUsers%5Csaini%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Csaini%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Csaini%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:1;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-520092929 1073786111 9 0 415 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
p
{mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0cm;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0cm;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac></div><blockquote>Finally, one day, we achieved the best like how we had earnestly wished for.<br />
We each took our handphones and contacted our family and friends.<br />
That day was approaching,<br />
From then on, everything started turning out well.<br />
Selling tens of thousands of records and winning every award, we felt our results.<br />
Even though tears flowed, it felt like they fell gently.<br />
Because compared to any kind of sadness, we were happy.<br />
Till the end, we do not give up and come running.<br />
Strength greater than any other strength.<br />
As expected, because we were one.</blockquote><div style="text-align: justify;"> "Walaupun airmata terus jatuh, airmata itu terasa bahagia. Karena dibandingkan dengan kesedihan, kita lebih bahagia. Sampai pada akhirnya, kita tidak menyerah dan terus berlari. KEKUATAN YANG LEBIH DARI SEGALA KEKUATAN. Karena, kita adalah satu." Aku speechlees. Aku tak tahu apa yang harus ku katakan. Di telinga dan di otakku, puluhan lagu TVXQ dan JYJ menghentak. Hatiku mengalunkan lagu mati. Aku tak tahu apa lagi yang harus ku pikirkan. Serasa ada sesuatu yang hilang jauh dalam hatiku. Aku tak tahu itu apa. Dulu, mereka bahagia. Dulu, mereka adalah satu. Dulu. Itu dulu. Past tense yang tidak mungkin terjadi lagi.</div><div style="text-align: justify;"><link href="file:///C:%5CUsers%5Csaini%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Csaini%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Csaini%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:1;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-520092929 1073786111 9 0 415 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
p
{mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0cm;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0cm;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac></div><blockquote>You who have already changed (I can’t always stay there.)<br />
I will turn my back on you first (It wasn’t possible to just keep on crying.)<br />
You, who are going further away from me gradually, I will just call your name. (Please fly me far away to that sky)</blockquote><div style="text-align: justify;"> "Kau telah berubah. Aku tidak bisa lagi tinggal disini. Aku akan berbalik dan terus menangis. Kau, menjauh dariku. Aku terus memanggil namamu. Tolong, terbangkan aku ke langit itu." Ku pikir, tahap ini mulai masuk saat ada konflik internal dalam TVXQ. Entah itu antara mereka dengan SM, atau memang antara member lainnya.</div><div style="text-align: justify;"><link href="file:///C:%5CUsers%5Csaini%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Csaini%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Csaini%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:1;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-520092929 1073786111 9 0 415 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
p
{mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0cm;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0cm;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac></div><blockquote>Running for a while,<br />
Covered by a huge wall beyond imagination<br />
The thought “Has it always been this dark” remained in my head for a while</blockquote><div style="text-align: justify;"> "Berlari untuk sementara. Ditutupi oleh dinding besar di luar imajinasi. Pertanyaan 'apa akan selalu segelap ini' berada di kepalaku untuk sementara." Kata 'my' disini ku pikir merujuk pada Jaejoong. Karena dia saat berada di TVXQ dengan saat di JYJ jauh berbeda. Sepertinya, dia mengalami penuaan dini. Dia yang selalu mudah tersenyum berubah menjadi dia yang berusaha untuk tersenyum. Aku ingin melakukan sesuatu, tapi apa...?</div><div style="text-align: justify;"><link href="file:///C:%5CUsers%5Csaini%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Csaini%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Csaini%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:1;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-520092929 1073786111 9 0 415 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
p
{mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0cm;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0cm;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac></div><blockquote>Such a thing happened once<br />
Business expenses which were increasing, Debts which kept increasing<br />
Something that I couldn’t handle on my own</blockquote><div style="text-align: justify;"> "Harga bisnis yang mulai meningkat. Hutang yang mulai menggunung. Sesuatu yang tidak bisa ku atasi sendiri." Mereka kesakitan saat media memberitakan berita simpang siur tentang TVXQ. Pada saat seperti ini, aku ingin berteriak. Kemana para Cassie..?!! Apa mereka mempercayai begitu saja berita yang beredar. Apa mereka hanya memikirkan diri sendiri saja tanpa memikirkan hati 5 orang yang terseok-seok mencari bantuan itu? Apa ini semacam simbiosis, sementara yang satu menguntungkan, dan yang lain mengabaikan..?</div><div style="text-align: justify;"><link href="file:///C:%5CUsers%5Csaini%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Csaini%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Csaini%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:1;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-520092929 1073786111 9 0 415 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
p
{mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0cm;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0cm;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac></div><blockquote>This is something our boss said to us in the past<br />
If you need anything, just say it, since we will always be family.<br />
Whatever you need, just say it<br />
Those words gave me courage and I made a phone call to ask for a favour<br />
Though I felt something strange, because he was someone I could rely on,<br />
Because they were a family which would be together with us forever,<br />
I gathered the courage to request the favour, but what I received was just a cold rejection.<br />
Though I was very angry with his reply, I held it in and requested for the favour again.<br />
He hung up.<br />
I couldn’t stop the tears which flowed.<br />
I was in a state of confusion over the thought that they weren’t the family that I had believed they were for that period.<br />
When he needed us, we were family, When we needed him, we were strangers.</blockquote><div style="text-align: justify;"> "Manajer pernah berkata. Kalau kita membutuhkan sesuatu, kita hanya harus meminta padanya karena kita adalah keluarga. Maka, aku menelponnya. Tapi, aku merasakan sesuatu yang aneh karena dia adalah orang yang bisa ku andalkan. Karena kita adalah keluarga. Nyatanya, aku hanya menerima penolakan yang dingin. Walaupun aku sangat marah. Aku menelponnya lagi. Dia menutup teleponnya. Aku tidak bisa berhenti menangis. Aku bingung karena pikiran bahwa aku pernah mempercayainya sebagai keluargaku. <span style="font-size: small;">SAAT DIA MEMBUTUHKAN KAMI, KAMI ADALAH KELUARGA. SAAT KAMI MEMBUTUHKANNYA, KAMI ADALAH ORANG ASING." Lalu, mengapa mereka tidak meminta bantuan pada kami, para Cassie..? Seharusnya mereka tahu, kamilah yang sebenarnya keluarga. Bukannya SM Entertaimen terkutuk itu. Aku ingin mengatakan ini pada mereka. Tapi, bagaimana caranya...???!!!</span></div><div style="text-align: justify;"><link href="file:///C:%5CUsers%5Csaini%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Csaini%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Csaini%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:1;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-520092929 1073786111 9 0 415 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
p
{mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0cm;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0cm;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac></div><blockquote>It felt that as time went by, more amazing things happened.<br />
Hearing that we had finally created success overseas and achieved results which we never imagined we would,<br />
I entered the office with light steps on our pay day.<br />
We members looked at each other with excited gazes while facing each other.<br />
We praised each other saying that we had worked hard.<br />
But the accounts statement we received at that time recorded that we were at a deficit.<br />
Thinking that I had seen wrongly, I tried verifying again,<br />
Everything were expenses.<br />
Damn, How could that huge amount have been solely used to cover the expenses?<br />
What kind of expenses? Where did that huge sum of money fly to?<br />
I couldn’t believe it at all so I requested that they show me the detailed statement of the accounts which I had never calculated before.<br />
They said they understood and they would show it to me, but in the end, I never saw those pieces of paper and only worked.<br />
As time went by, my curiosity grew.<br />
The more we put our heads together to think about it, the more we got a headache.<br />
Lastly, if I were to say just one more thing,<br />
Those things which we did for the company,<br />
Were they truly meant for the company?<br />
Ok, Let’s just say that they were. We are kind and will overlook it.<br />
For us and the company, who have been together for many years, we will forget it.<br />
Even so, that wasn’t right. Those weren’t words you should be saying to us.<br />
Did you really plan to disappoint us right till the very end?<br />
From the calls I received, you talked behind the team member’s back. It was really hard to trust you.<br />
It was exactly as what the seniors had said. Did you want to keep the people who make money for you?<br />
He said the family which we talked about in the company would make things difficult for us if we were to leave to company.<br />
Those words by that senior could not leave my head.<br />
Though there is more that I want to say, when this song gets out,<br />
There would be someone who would torment us. Thinking of this makes me frustrated and I don’t think I can continue.</blockquote><div style="text-align: justify;"> Intinya, TVXQ bingung kemana uang yang selama ini mereka berikan pada perusahaan. Mereka hanya menandatangani kontrak tanpa tahu jumlah uang yang harusnya dihitung. Rasa penasaran mereka terus bertambah. Tapi, semakin mereka memikirkannya, semakin mereka sakit kepala dan frustasi. Senior mereka mengatakan akan sangat sulit jika mereka meninggalkan perusahaan dan melupakan orang-orang yang membuat mereka terkenal. "Walaupun sangat banyak yang ingin ku katakan, saat lagu ini keluar. Akan selalu ada orang yang menyiksa kita. Berpikir seperti ini membuatku tidak bisa melanjutkannya lagi.</div><div style="text-align: justify;"><link href="file:///C:%5CUsers%5Csaini%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Csaini%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Csaini%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:1;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-520092929 1073786111 9 0 415 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
p
{mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0cm;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0cm;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac></div><blockquote>In any case, though it is tough, we are working hard to live well.<br />
Despite someone tormenting us, we are working hard to really smile.<br />
This is definitely not an effort which we made just for a product.<br />
This is an effort made because as a human, on the day that I die, I do not want to have any regrets.<br />
Yes, in the end it is JYJ.</blockquote><div style="text-align: justify;"> "Dalam beberapa waktu, kita bekerja keras hanya untuk hidup dan tersenyum. Ini bukanlah sesuatu yang kita buat untuk produk. Ini adalah kesempatan kita sebagai manusia. Pada hari saat ku mati, aku tidak ingin mempunyai penyesalan. YA, INILAH AKHIR DARI JYJ." Mungkin, mereka merasa bebas saat tidak harus menjadi TVXQ lagi. Mungkin, mereka memang bahagia. Mungkin, memang harus begini jalannya. Dan, tidak ada yang pasti di dunia ini. Aku hanya bisa berasumsi dan berspekulasi. Aku hanya menyampaikan pendapatku. Aku hanya ingin yang terbaik untuk mereka. Jika itu berarti harus berpisah dengan TVXQ, maka, aku tidak bisa berkata apa-apa lagi. Apalah arti suaraku di tengah-tengah banyaknya Cassie yang lain..?</div><div style="text-align: justify;"><link href="file:///C:%5CUsers%5Csaini%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Csaini%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Csaini%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:1;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-520092929 1073786111 9 0 415 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
p
{mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0cm;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0cm;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac></div><blockquote>Yesterday and Today, though I thought for a whole day,<br />
I am able to feel the difference between then and now at 25, my age. </blockquote><div style="text-align: justify;"> Jaejoong tahun 2011 ini berumur 25 tahun. Maka, jelas bahwa lagu ini adalah ciptaannya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><link href="file:///C:%5CUsers%5Csaini%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Csaini%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Csaini%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:1;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-520092929 1073786111 9 0 415 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
p
{mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0cm;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0cm;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac></div><blockquote>Now I will put down my pen.<br />
Even so, my heart is at ease.<br />
Because I can feel the fans’ love…<br />
I did it because I thought I would be able to empty the pile of burdens I had in my heart.<br />
Though nothing is easy, I am at ease inside.<br />
We are happy because we have a family which is you fans.<br />
I am always thinking of you all…<br />
I love you.</blockquote><div style="text-align: justify;"> "Aku akan meletakkan pulpen ku. Walaupun begitu, aku merasa ringan. Karena aku bisa merasakan cinta para fansku.." Ya Tuhan, Jaejoong oppa. Aku merasa... bahagia. Berarti, dia mencintai kami, para Cassie. Dia mencintaiku. Dia masih mengingat kami. Dia tidak berubah walaupun dia tidak sama lagi. Cintanya tetap ada. "Aku melakukan itu karena ku pikir aku bisa menghilangkan kekecewaan dalam hatiku. Walaupun tidak ada yang mudah, aku merasa bahagia. Aku bahagia karena mempunya keluarga, yaitu kalian. Aku selalu memikirkan kalian. Aku mencintai kalian." Lagu ini, dibuat Jaejoong tidak hanya untuk mengenang masa-masa gembira dengan Yunho dan Changmin. Tapi, dia juga membuat ini untuk kita. Para Cassie. Yang terus mencintainya. Yang terus percaya padanya. Kita memang tidak pernah bertemu dengannya. Tapi, kita merasakannya, jauh dalam hati kita. Kita mencintainya dengan cara yang tidak bisa dimengerti orang lain. Kita bertemu dengannya dalam dunia paralel berbentuk jaring laba-laba yang menghubungkan Jaejoong, Yoochun, Junsu, Yunho dan Changmin dengan semua Cassie di seluruh dunia.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><link href="file:///C:%5CUsers%5Csaini%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Csaini%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Csaini%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:1;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-520092929 1073786111 9 0 415 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
p
{mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0cm;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0cm;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac></div><blockquote>So, will you be able to believe in us till the end?<br />
Will you be able to say that you love us?<br />
Since we will work hard till forever, will you be able to be at our side.<br />
Since, to us, you are still here,<br />
And to you, we are here.</blockquote><div style="text-align: justify;"> "Maka, bisakah kalian mempercayai kami sampai akhir?" Ya, kami bisa Oppa. Bahkan jika kamu menyuruh ku terjun ke Segitiga Bermuda sekarang juga, mungkin aku akan menurutinya. "Bisa kah kau mengatakan bahwa kalian mencintai kami..?" Saranghae, Oppa. Aishiteru. Wo Ai Ni. Aku Mencintaimu. "Sejak kami telah bekerja keras sampai selamanya, bisakah kalian tetap tinggal di samping kami.?" Selalu, Oppa. Aku rela menjadi apapun hanya untuk berada di sampingmu. Jaejoong memohon pada kita, Cassie. Dia butuh kekuatan, kekuatan kita. Dia tidak butuh agensi yang bisa membesarkan namanya lagi. Karena dia telah bebas. Dia bebas mengembangkan sayapnya tanpa ada gembok yang bisa menahan gerakannya. Maka, bersediakah kalian, para Cassie, untuk membantunya terbang sendiri....?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><link href="file:///C:%5CUsers%5Csaini%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Csaini%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Csaini%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:1;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-520092929 1073786111 9 0 415 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
p
{mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0cm;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0cm;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac></div><blockquote>I promise, I will hang out everything and show it to you.<br />
Yes, we are JYJ.</blockquote><div style="text-align: justify;">"Aku berjanji, akan melakukan apapun dan menunjukkannya padamu. YA, KAMI ADALAH JYJ." Ya, mereka adalah JYJ. Mereka adalah Junsu, Yoochun, dan Jaejoong. Mereka mungkin tidak akan menyanyikan Mirotic atau Survivor lagi. Jaejoong serta Yunho mungkin tidak akan menjadi eternal couple lagi. Tapi, lebih daripada itu. Mereka, tetap mereka. Yang akan menyanyikan apapun untuk kita. Mereka tetap mereka yang selalu tersenyum untuk kita. Maka, mengapa kita tidak bisa membuat mereka tersenyum bahagia..? Bukan senyum yang dipaksakan karena tuntutan karier. Hanya senyum bahagia. Karena, kita rindu mereka untuk tersenyum seperti itu....</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><link href="file:///C:%5CUsers%5Csaini%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Csaini%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Csaini%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:1;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-520092929 1073786111 9 0 415 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
p
{mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0cm;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0cm;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac></div><blockquote>“You have raised the castle walls and closed the door firmly too.<br />
They say that love is not an imprisonment.<br />
Love is releasing someone to be free.<br />
I don’t even wish for such things.<br />
We, made by you, are not even half of half of half of that,<br />
And will forever be frogs in a well.”<br />
(Excerpt from Musical Mozart)</blockquote><div style="text-align: justify;"> "Kau telah membangun dinding kastil dan menutup pintunya. Mereka mengatakan cinta itu bukanlah tahanan. Cinta itu berarti membebaskan. Aku tidak akan memohon apapun. Kami, dibuat untukmu..." Ya, cinta itu membebaskan. Membebaskan seseorang untuk bahagia walaupun kita kesakitan. Cinta itu bodoh. Tapi, apalah artinya menjadi bodoh untuk orang yang kita cintai..? Mereka, mencintai kita dengan kebodohan. Mereka rela menjadi tahanan di SM Entertaiment untuk membuat kita bahagia. Maka, aku, sebagai Cassie, dan sebagai manusia, sekarang membebaskan mereka. Untuk melakukan apa pun sesuai keinginan mereka. Aku akan membayar tahun-tahun dimana mereka tidak bisa melihat dunia dengan 2 mata terbuka. Aku membebaskan mereka. Aku mengikhlaskan mereka untuk memilih jalan mereka sendiri.</div><div style="text-align: justify;">Tapi, ada satu ganjalan kecil. Aku juga ingin membebaskan 2 tahanan lain. Yunho dan Changmin. Mereka... juga terlihat kesakitan. Aku ingin mereka juga merasakan kebebasan. Tapi, aku tidak tahu bagaimana caranya. Mungkin, aku akan membahas fakta-fakta perang dingin antara JYJ dan TVXQ di postingan selanjutnya. Ciao...</div>Tolong di komen ya.. Thanks..Fairy Tale At Nighthttp://www.blogger.com/profile/10885161554234368946noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1649055532573156546.post-33047087570912019392011-02-27T03:53:00.000-08:002011-02-27T03:53:01.277-08:00Westlife Gravity Album Lyrics - ChancesTake all your chancs while you can<br />
You never know when they'll pass you by<br />
Like a sum the mathematician cannot solve<br />
Like me trying the hardest to explain<br />
<br />
It's all about you cries and kisses<br />
Those first steps that I can't calculate<br />
I need some more of you to take me over<br />
<br />
Take me over<br />
<br />
If I had the chance to start again<br />
Then you would be the one Id come and find<br />
Like the poster of Berlin on my wall<br />
Maybe there's a chance our walls might falls<br />
<br />
<br />
It's all about you cries and kisses<br />
Those first steps that I can't calculate<br />
I need some more of you to take me over<br />
<br />
It's all about you cries and kisses<br />
Those first steps that I can't calculate<br />
I need some more of you to take me over<br />
I've no idea cause I can't calculate<br />
<br />
How to start again<br />
How to start again<br />
How to start again<br />
How to start again<br />
<br />
It's all about youFairy Tale At Nighthttp://www.blogger.com/profile/10885161554234368946noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1649055532573156546.post-81293188674369091172011-02-26T21:12:00.000-08:002011-02-26T21:12:41.257-08:00Westlife Gravity Album Lyrics - SafeHard to find a way to get through<br />
It's a tragedy<br />
Pulling at me like the stars do<br />
You're like gravity<br />
Even if the wind blows<br />
Makes it hard to believe<br />
<br />
Chorus:<br />
How you gonna love<br />
How you gonna feel<br />
How you gonna live your life like the dream you have is real<br />
If you've lost your way<br />
I will keep you save<br />
Well open up all the world inside<br />
So you come alive tonight<br />
I will keep you safe<br />
<br />
Does it even matter to you<br />
To see what I can see<br />
I'm crawling on the floor to reach you<br />
I'm a wreck to see<br />
When you're far from home now<br />
Makes it hard to believe<br />
<br />
<div style="text-align: center;">(repeat chorus)</div><div style="text-align: center;"><br />
</div>We all fall down<br />
We all feel doubt<br />
There's rainy days and summer highs<br />
The more we break the more we feel alive<br />
<br />
<div style="text-align: center;">(repeat chorus)</div>Fairy Tale At Nighthttp://www.blogger.com/profile/10885161554234368946noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1649055532573156546.post-23845824794978977832011-02-26T20:51:00.000-08:002011-02-26T20:51:54.949-08:00Untitled Poem 3Cinta<br />
Hanya sajak yang semu di setiap jiwa<br />
Menawarkan candu saat kau terlena<br />
<br />
Rindu<br />
Bagiku tetap seperti dulu<br />
Merajam hati dan pikiranku<br />
<br />
Karena dia<br />
Kata ini menjadi tanpa makna<br />
Mengupas asa<br />
<br />
Aku tak bisa menulis tentang rasa<br />
Karena keabstrakan dalam dusta adalah bahasa<br />
Raga yang menderita dalam fana<br />
<br />
Kedamaian meronrong jiwa dan asa<br />
Namun gelap masih meraja<br />
Kau tetap tinggal disana<br />
Merajai hatiku walau tanpa cintaFairy Tale At Nighthttp://www.blogger.com/profile/10885161554234368946noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1649055532573156546.post-45228514283871048812011-02-26T20:46:00.000-08:002011-02-26T20:46:27.917-08:00Untitle Poem 2Sudah lama aku tak memandang matahari dengan cinta<br />
Sudah lama aku tak memandang bulan dengan mesra<br />
Sejak kau menjungkirbalikkan cintaku yang dulunya merona<br />
Menjadikan hatiku gumpalan daging tanpa makna<br />
<br />
Ku selalu menatapmu<br />
Mengirimkan gelombang rindu agar kau tahu<br />
Namun hatimu terlalu kuat berpadu<br />
Menaduk harapku dalam debu<br />
<br />
Cinta semu jauh dalam sini<br />
Hanya membuatku tuli<br />
Membisukan tangis jiwa<br />
Namun mengendap dalam asa<br />
<br />
Ku tahu kau bukanlah dewa<br />
Hanya oasis di hariku yang hampa<br />
Ku tahu kau bukanlah cahaya<br />
Hanya lilinku dalam ruang maya<br />
<br />
Dan aku..<br />
Juga bukanlah dewi yang pantas mendendangkan harmonii rindu<br />
Bukanlah permain harpa yang bisa mempersembahkan melodi janji<br />
<br />
Aku hanya pemain belakang<br />
Mampu memandang siluetmu dari gelap layar hitam<br />
Mencoba meraba pandanganmu dari buram kaca malam<br />
<br />
Lebih baik ku menghilang..<br />
Melebur bersama angin<br />
Tak bernafas<br />
Dan membunuh cinta iniFairy Tale At Nighthttp://www.blogger.com/profile/10885161554234368946noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1649055532573156546.post-54269770210060009932011-02-26T20:39:00.000-08:002011-02-26T20:39:22.607-08:00Untitled Poem 1Sapaan lantunan surga hanyut di udara<br />
Merenda hatiku dengan sapaan fana<br />
Walau dampa memenuhi asa<br />
Ku terus bertanya-tanya<br />
Akankah bisa ku meraup cinta<br />
Menguntai kata dalam manis maknanya<br />
Tergesa masuk dalam raga<br />
Tak terperi luka yang menganga<br />
Jiwaku hilang saat kau datang<br />
Kelap-kelip janji yang berdentang<br />
Terangkum rapi dalam dendang<br />
Syair merdu jawaban yang hilang<br />
Lembayung mentari sampai ke hati<br />
Mengeja bahagia dalam diri<br />
Namun semuanya pergi<br />
Tatkala senyum mu berhenti<br />
Cakrawala diammu tak berbatas<br />
Perasaan mu seringan kapas<br />
Pada kisi-kisi buram dan jelas<br />
Akankah kau berhenti mengeras<br />
Saat hatiku menderai timah panasFairy Tale At Nighthttp://www.blogger.com/profile/10885161554234368946noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1649055532573156546.post-31212448516330764762011-02-26T18:40:00.000-08:002011-02-26T18:40:06.819-08:00Coffee<div style="text-align: justify;">Why is coffee can be so addicted?</div><div style="text-align: justify;">Because of the smell. Because of the taste. Because of the colour. Because of the dream. Dream that when you drink that coffee, someone hugs you from the backside. Whispering love to your ear.</div><div style="text-align: justify;">Why is coffee can be so addicted?</div><div style="text-align: justify;">Because the stimulation reduce your will to sleep. Make you dream while u awake. Change something terrible into something fantastic. Re-colour something black into something white. Change bad voice into melody.</div><div style="text-align: justify;">Why is coffee can be so addicted?</div><div style="text-align: justify;">Because it accompany you to go through the lonely and cold night. in amazing way. By the mist and the temperature. It holds you like an old friend. tell u jokes. Tell u the stories. Stick. Tight. And adorable.</div><div style="text-align: justify;">Why is coffee can be so addicted?</div><div style="text-align: justify;">Because in inspires u. Keep ur spirit to reach ur dreams. To catch the stars. To fly high as u can be. Wave ur wings around the world. Like a fairy. Like a hero Like a guardian angel.</div><div style="text-align: justify;">Why is coffee can be so addicted?</div><div style="text-align: justify;">Because coffee helps u to listen to ur heart. Interefere the world's noise. Help u to choose ur destiny and leave ur fake day. Clean the dirty path which drive u crazy.</div><div style="text-align: justify;">Why is coffee can be so addicted?</div><div style="text-align: justify;">Because coffee is a friend. Easy to make. Warm...</div><div style="text-align: justify;">And tell "Everything's gonna be okay..."</div><br />
(The note in the cold morning while drink cappucino and read Supernova)Fairy Tale At Nighthttp://www.blogger.com/profile/10885161554234368946noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1649055532573156546.post-24301021811877193952011-02-26T18:31:00.000-08:002011-02-26T18:33:00.590-08:00Orang Paling Bodoh Sedunia<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Bingung nie mo ngepost apa.. Jadinya yah, terciptalah ide gaje di kepala ku setelah nonton drama Korea. Still Marry Me which casted by Kim Bum, that hottie killer smile. Hehe. Disini, lagi-lagi aku akan bicara soal cinta. Soal paling basi dan ngeselin. Sekaligus paling bikin hati para jomblowati bete di malam Minggu.Tapi, aku disini ga buat mendeskripsikan seberapa hancurnya hati mereka karena cinta. Disini, aku hanya mengemukakan pndapatku mengenai tindakan paling bodoh yang pernah manusia lakukan karena cinta.</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Pertama, orang yang buta karena cinta. Sampai-sampai segala logika dan akal pikiran dikesampingkan hanya untuk memuja seberapa agungnya cinta itu sendiri dan sering terjadi di kehidupan remaja yang makin menggila. Tipe jenis ini adalah tipe yang terlibat roman picisan paling basi. Kedua, orang yang membohongi dirinya karena cinta. Mereka menolak apapun yang hati mereka katakan saat si cinta ini mulai bicara. Tipe nomor dua ini jauh berbeda dari yang pertama. Jika yang pertama mereka terkesan "menyiram bensin pada api", tipe yang kedua ini malah menuang "air pada api". Mereka menutup telinga atas apa yang hati mereka bisikkan dan malah mengandalkan logika mereka untuk melupakan cinta itu. Padahal, logika tidak bisa merasa. Dan hati mereka terus saja bekerja tanpa peduli apa yang logika katakan. Ketiga, orang yang menghancurkan masa depannya karena cinta. </div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Dari teori sosiologi yang ku pelajari, ada 3 komponen dalam diri manusia menurut ahli dari Jerman, Sigmund Freud. Yaitu Id, Ego, dan Superego. Id bisa dibilang sebagai basic instinct dan menuntut kemauannya tanpa melihat keadaan sekitar. Id adalah suatu emosi yang tidak dapat dikontrol dan muncul begitu saja. Ego adalah logika. Ego memungkinkan kita mempertimbangkan realita yang tidak sesuai dengan kemauan kita.Sedangkan superego adalah suara hati. Bagian paling murni dan bisa dibilang menyesatkan. Sangat sedikit orang yang bisa menggunakan superego nya dengan maksimal. Terkadang, mereka menyalahartikan id sebagai superego. Mereka mengatasnamakan hati di atas emosi yang menggebu.</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Mari kita ibaratkan, pacarmu mengunjungimu pada Malam Minggu. Malam paling asik untuk memadu kasih apalagi saat orangtuamu tidak ada di rumah. Pacarmu membawa DVD Romantis, katakanlah Titanic. No Sensor! Kalian berdua menontonnya. Lalu pada saat Jak melukis Rose dalam keadaan telanjang dan dilanutkan dengan aktivitas 'panas' lainnya, pacarmu mulai gelisah. Terlebih lagi kamu. Kamu memalingkan pandangan dari televisi dan menatapnya. Parahnya (atau untungnya?) dia juga lagi menatapmu. Bukan dngan pandangan biasa. Melainkan dengan pandangan 'I want u a lot....'. Kalian terbawa oleh suasana. Dan.... terjadi lah first kiss itu. Kau menikmatinya. Tapi tidak saat first kiss itu berubah menjadi french kiss. Pada saat seperti inilah id, ego, dan superego berperang. Banyak sekali benturan pendapat di antara ketiga hal itu. Id mngatakan kau sangat membutuhkannya. Membutuhkan tubuhnya. Bibirnya. Kehangatannya. Tanpa memperdulikan apa yang terjadi kemudian. Masa depan seolah mengabur. Yang ada di dunia ini, hanya kalian berdua. Tapi, ego juga tak mau kalah. Sebagai logika, dia mempertimbangkan baik dan buruknya hubungan ini. Dia memikirkan hal yang jauh ke depan. Bedanya, dia tidak dapat merasa. Dia hanya bisa berpikir. Dan terkadang pun, pikiran manusia tidak dapat berkutik jika telah berhadapan dengan basic instinct atau id. Nah, pada saat seperti inilah pentingnya superego. Superego lebih mengutamakan perasaan. Sebuah kata dibisikkan oleh superegomu. Keperawanan. Orangtua. Cinta buta. Masa depan. MBA. Kata-kata ini diterima oleh ego. Dan dengan kerjasama ego dan superego, id kalah... French kiss terhenti. Dan kamu mengatakan, "aku memang mencintaimu, tapi aku lebih mencintai orangtua ku dan kesucianku...". Yup, seperti di fairy tale. Happy ending.</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Sayangnya, pengontrolan id berbeda untuk setiap orang. Untuk mereka yang tidak bisa mengontrol id dengan baik, mereka malah menjadi budak nafsu atau emosi mereka sendiri. Jika hal ini telah terjadi, menurutku lebih baik mendengarkan kata hati.</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Apa hubungannya dengan cinta? Seperti yang ku bilang, ada 2 orang paling bodoh sedunia. Pertama orang yang buta karena cinta. Mereka tidak bisa mengandalkan id tanpa menggunakan ego dan superego. Contohnya, remaja yang MBA gara-gara hamil di luar nikah. Padahal di luar sana masih banyak hal baru yang perlu dieksplor. Ada juga orang yang selalu dipukuli pacarnya, tapi dia terima-terima aja tuh. Lagi-lagi, karena satu hal itu. Cinta. Mereka berpikir begitulah cara pasangan mereka mencintai mereka. Gila. Walaupun arti cinta itu sendiri sangat luas, aku yakin, tidak ada kamus kekerasan dalam cinta itu. Sayangnya, mereka tak peduli. Mereka terima segala pukulan, cacian, dan makian. Kalo ini sih, kayaknya id pun merka kesampingkan. Id termasuk keinginan untuk bertahan hidup. Apa rela dipukuli termasuk usaha untuk bertahan hidup?</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Orang bodoh selanjutnya adalah yang membohongi dirinya karena cinta. Dia lebih mengutamakan logika daripada perasaan. Bagi mereka, logika adalah hal utama mengapa mereka bisa bertahan hidup. Sedangkan perasaan, hanya bisa menjerumuskan pada pilihan yang salah. Padahal, logika tidak bisa merasa. Mereka menekan perasaan hanya untuk tunduk pada logika. Hati mereka ibaratkan bom waktu, meledak kapan saja. Yang membuatnya bertahan hanyalah pengaturan waktu di bom itu sendiri.</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Cinta memang rumit teman. Tapi, ku pikir cinta itu sangat sederhana. Yang membuatnya rumit hanya pikiran manusia yang tidak bisa menerima kesederhanaan makna cinta. Saking sederhananya, manusia tidak mampu mengerti karena kompleksnya otak manusia. Andaikan mereka mau melupakan logika sebentar saja, dan mendengarkan suatu bagian kecil jauh dalam diri mereka. Suatu esensi dasar. Bukan nafsu maupun emosi. Hanya suatu hal yang paling murni tanpa dusta. Hal yang slalu dibimbing Tuhan. Yaitu, hati.... Dengarkanlah hati kalian. Maka kalian akan menemukan suatu cinta paling besar dan paling agung. Cinta sejati....</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;">Choi Siwon Cyworld about Love</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: center;">Love is patient. Love is kind. It does not envy. It does not boast. It is proud. It is not rude. It is not self seeking. It is not easily angered. It keeps no record of wrongs. Love does not delight in evil but rejoices with the truth. It always protects. Always trust. Always hopes. Always perseveres. Love never fails......</div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: justify;"><br />
</div><blockquote style="font-family: "Courier New",Courier,monospace;"><div style="text-align: justify;">Kutipan Puisi Supernova: Petir by Dewi Lestari..</div><div style="text-align: justify;">Engkaulah kilatan cahaya yang meyapulenyapkan segala jejak dan bayang</div><div style="text-align: justify;">Engkaulah bentangan sinar yang menjembatani jurang antar duka mencinta dan bahagia mendera</div><div style="text-align: justify;">Engkaulah terang yang ku dekap dalam gelap saat Bumi bersiap diti untuk selamanya lelap</div><div style="text-align: justify;">Andai kau sadar arti pelitamu</div><div style="text-align: justify;">Andai kau lihat hitamnya sepi di balik punggungmu</div><div style="text-align: justify;">Tak akan kau sayatkan luka demi menggarisi jarakmu dengan aku</div><div style="text-align: justify;">Karena kita satu</div><div style="text-align: justify;">Andaikan kau tahu</div></blockquote>Tolong di komen ya... ^^Fairy Tale At Nighthttp://www.blogger.com/profile/10885161554234368946noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1649055532573156546.post-1627322772931514142011-02-23T05:57:00.000-08:002011-02-23T05:57:19.160-08:00Westlife Gravity Album Lyrics - Beautiful Tonight<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Well I thought I'd seen it all</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">From beginning to the end</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Yeah I was the great pretender</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Always alone again</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Well a light come shining in</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">When you took my breath away</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"> Now I know I've waited all my life</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">To feel what I feel today</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"> Chorus:</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">So tell me I'm dreaming</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Cause I can't hold back the tears I cry</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">And you never looked more</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Beautiful tonight</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">So if I'm dreaming</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Don't wake me up I'm so alive</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Wish you could see what I see</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Through these eyes of mine</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Now we're standing face to face</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">I can hear words we're saying</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">This is now and will be forever</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">In this moment we could stay</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: center;"><repeat chorus></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: left;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: left;">So don't wake me up</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: left;">Don't le me down</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: left;">My hearts beat for love</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: left;">And love lifts me higher</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: left;">Right into the clouds</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: left;">I'm flying so high</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: left;">With tears in my eyes</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: left;">And I have never ever</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: left;">Felt this alive</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: center;"><repeat chorus></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: center;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: left;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: left;">So don't wake me up</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: left;">Don't le me down</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: left;">My hearts beat for love</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: left;">And love lifts me higher</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: left;">Right into the clouds</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: left;">I'm flying so high</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: left;">With tears in my eyes</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: left;">And I have never ever</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: left;">Felt this alive</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: left;"><br />
</div>Fairy Tale At Nighthttp://www.blogger.com/profile/10885161554234368946noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1649055532573156546.post-89029235372265597442011-02-19T21:08:00.000-08:002011-02-19T21:08:39.704-08:00Stairs To The Fanatics<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-rglNhj9Mkjs/TWCfJywRMbI/AAAAAAAAABc/HFW0ftf4GCw/s1600/027299.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="300" src="http://1.bp.blogspot.com/-rglNhj9Mkjs/TWCfJywRMbI/AAAAAAAAABc/HFW0ftf4GCw/s400/027299.jpg" width="400" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-fni7Ljjq_Bg/TWCfUduCqDI/AAAAAAAAABg/up_Q2lPQI0s/s1600/4449_1098416113778_1627904307_24576.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://1.bp.blogspot.com/-fni7Ljjq_Bg/TWCfUduCqDI/AAAAAAAAABg/up_Q2lPQI0s/s320/4449_1098416113778_1627904307_24576.jpg" width="259" /></a></div><div style="color: blue; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">Gejala berikut menyatakan bahwa kamu mulai terjangkit virus satu ini, virus yang membuat euforia, kupu-kupu menari dalam perutmu, matamu tak bisa berkedip, senyam-senyum sepanjang waktu, menyanyi sekeras-kerasanya walau kamu tahu banyak yang tersiksa karena suaramu itu. Virus ini, biasanya diakibatkan sekumpulan cowok atau cewek multitalented, cakep, pinter nyanyi dan/atau akting, bisa ngedance atau jago ngedance, romantis, dan..... sempurna. Yap, dengan kualifikasi semacam ini, terlihat mudah untuk mencintai mereka sampai ke akar-akarnya. Ibaratnya, kamu mungkin tahu ukuran celana dalam mereka. Dengan virus ini, kamu yang biasanya sangat hemat dan perhitungan bisa menghabiskan ratusan ribu dalam waktu satu bulan untuk membeli serba-serbi berlabel mereka. Seberapa cekaknya kantongmu saat itu, puluhan cara dipikirkan untuk "memiliki" mereka bahkan jika hanya ilusi virtualnyanya. Kamu yang biasanya menghabiskan uang buat menyewa buku atau film, sekarang menghabiskan waktumu di warnet untuk mendownload puluhan video dan lagu mereka. Walaupun ada serbu satu peer yang harus dipikirkan dan dikerjakan, semuanya kamu abaikan karena kesehatan hatimu lebih penting daripada kesehatan nilai, akal dan pikiranmmu. Kamu tidak peduli lagi pada makanan yang disediakan orangtuamu, karena bagimu mereka adalah makanan sekaligus suplemen. Hal yang membuatmu tetap hidup, dan bernafas, dan merasa... Kamu... memiliki duniamu sendiri. Yang bisa membuatmu merasa diterima dan dicintai. Mereka memang tidak mengenalmu. Tapi mereka mengetahuimu sebagai satu status yang tidak personal. Terkadang kamu ingin lebih. Tapi, kamu harus cukup puas dengan mengatakan, "mereka juga mencintaiku...."</div><div style="text-align: justify;"><blockquote style="color: red; font-family: Times,"Times New Roman",serif;">Postingan ini bukanlah sebuah ajaran atau himbauan, apalagi saran. Karena saran hanya patut diberikan oleh mereka yang tidak melakukannya lagi. Sedangkan aku masih menjadi objek sekaligus subjek.<br />
Anggap saja aku sebagai "antara". Sebagai pengamat. Yang memberikan cermin dari 2 sisi. Terlihat sama. Tapi sesungguhnya sangat berlawanan.<br />
Inilah langkah-langkah saat kau mulai menjadi fangirl. Seorang fans untuk artis atau public figure:</blockquote></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-ZcWfeY2R0og/TWCf_JSLdlI/AAAAAAAAABk/J7GzZ8X0faA/s1600/035709.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="300" src="http://1.bp.blogspot.com/-ZcWfeY2R0og/TWCf_JSLdlI/AAAAAAAAABk/J7GzZ8X0faA/s400/035709.jpg" width="400" /></a></div><ol><li style="color: lime; font-family: Verdana,sans-serif; text-align: right;"> Kau mengenal mereka, entah dari teman atau media lintas dunia bernama televisi, majalah, atau internet. Saat kau pertama kali melihat mereka, hanya sebuah reaksi standar seperti gumaman atau sebuah senyum. Atau mungkin, reaksi mu sama sepertiku saat seseorang mengenalkanku pada Suju. Aku, yang sebelumnya telah memiliki seseorang dalam hatiku, hanya menanggapi seadanya. FYI, aku telah tahu Suju sejak kelas 9, temanku adalah seorang eternal elf sama seperti ku sekarang. Dia menyukai Siwon, dan waktu dia bertanya padaku siapa yang ku suka, pandanganku langsung tertuju pada Siwon. Tapi, waktu itu hanya sekedar ketertarikan sebagai perempuan pada sebuah wujud yang sempurna. Hanya karena pertanyaan dari temanku yang harus ku jawab. Semacam kewajiban. Mungkin, karena saat itu Siwon paling berkilau di antara 13 member yang lain. Setelah aku lulus dari SMP, aku melupakan pernah mengatakan bahwa aku menyukai Siwon. Aku bahkan melupakan aku pernah tahu 13 oppa yang dikenal sebagai Suju. Karena, hari saat temanku itu membawa foto Suju ke sekolah, hanya sebuah obrolan standar ala anak SMP. Maklum, saat itu aku masih mencintai Westlife... Kembali ke masa sekarang. Temanku, sebut saja Song Hye Jin, mengenalkan, dalam konteks benar-benar ingin mempengaruhiku untuk menjadi seorang ELF. Saat itu, hatiku kehilangan pegangan. Westlife, mulai memudar dalam hatiku. Dan, nama Suju mengambil alih cinta yang dulu hanya ku dedikasikan pada pemuda-pemuda Ireland itu......</li>
<li style="color: #741b47; font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: justify;">Tiap hari, tiap jam, tiap menit, tiap detik, tiap hembusan nafas, tiap detak, tiap denyut. Semuanya hanya tentang mereka. Duniaku, hanya berkisar di antara mereka. Merekalah matahari. Akulah Bumi. Aku, berotasi di antara mereka. Aku tergantung pada mereka. Tak jarang, malam yang seharusnya ku habiskan dengan mengutak-atik rumus akuntansi dan teori sosiologi, tergantikan oleh bagaimana seharusnya ku menghafal lagu mereka. Lidahku yang awalnya terbiasa dengan lafal British atau US, harus mengganti haluan dengan logat Korea dan Hallyu. Tapi, demi mereka. Semuanya terasa mudah.... Fase ini, saat kalian gila karena mereka. Kalian selalu berteriak saat mendengar lagu mereka atau menonton video mereka. Mereka tertawa, kalian akan tertawa lebih keras. Mereka menangis, kalian akan lebih terluka. Mereka, adalah jantung kedua untuk kalian.</li>
<li style="color: cyan; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: center;">Di bagian ini, adalah fase lebih dalam dari menggilai. Bagian ini, seperti hisapan setablet ekstasi. Tidak ada lagi teriakan. Hanya, rasa tenang. Karena kalian telah memiliki mereka. Fase ini, adalah saat kalian merasa mereka lebih dari segalanya. Tidak usah ku jelaskan bagaimana rasanya, karena, siapa yang bisa menjelaskan rasa cinta selain bahasa rasa itu sendiri? Cukuplah para ELF, Shawol, Cassie, dan Sone yang tahu bagaimana rasanya mencintai...</li>
<li style="text-align: justify;"> <span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;">Ada saat kalian bimbang. Ada saat kalian lelah. Ada saat kalian merasa ini tidak benar. Kalian, lelah tertawa. Lelah menangis. Lelah bermimpi. Lelah mencintai. Aku pernah mengalami ini. Dan, rasanya sangat sakit. Pada titik ini, aku menyesal telah mengenal mereka. Aku menyesal. Sayangnya, rasa sesal itu tidak sebanding dengan rasa cintaku. Aku masih terlalu mencintai mereka untuk melepaskan mereka.</span></li>
<li style="color: orange; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: right;">Setelah fase keempat tadi, kecintaan kalian tidak tertolong lagi. Cinta ini, maha dari segala maha. Kalian tidak bisa memalingkan diri lagi. Bahkan untuk sedetik. Mereka............ adalah candu. Mereka... adalah jantung. Mereka... adalah nafas. Mereka... adalah lagu yang kalian dengar saat telinga kalian tuli akan suara-suara dunia lainnya. Mereka.. adalah orang yang percaya pada kalian bahkan saat tidak ada yang percaya. Mereka.. adalah udara. Mereka adalah cahaya. Kalian berjanji dan percaya dalam hati kalian, bahwa kalian akan bertemu mereka suatu hari nanti. Untuk mengucapkan 2 kata ajaib itu... Gomawo.. dan Saranghae. Terima kasih karena telah mencerahkan hati kalian. terima kasih karena telah menjadi penawar sekaligus candu. Terima kasih, untuk semuanya. Dan, kalian mencintai mereka karena semua itu. Walaupun Suju berkata bahwa yang seharusnya berterima kasih itu adalah mereka, karena telah mencintai Suju selama ini. Kalian tetap harus merasa mengatakan hal itu............ Yah, mereka adalah Suju. Yang membuatku percaya lagi pada keajaiban. membangunkan dunia mimpiku yang sebelumya terlelap.....</li>
</ol><div style="text-align: center;"> <span style="color: blue;">Aku seorang ELF. Yang bangga akan hal itu.Walau jutaan goncangan menerpa mereka. Aku tetap percaya. Tuhan selalu punya rencana. </span><i style="color: blue;">Men can plan something seriously. Just don't forget God's sense of humor.</i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-WKVnQgYi6m4/TWCgvCtOT0I/AAAAAAAAABo/XR5tT-IP6a0/s1600/043171.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://4.bp.blogspot.com/-WKVnQgYi6m4/TWCgvCtOT0I/AAAAAAAAABo/XR5tT-IP6a0/s320/043171.jpg" width="320" /></a></div><br />
<div style="background-color: white; color: magenta; font-family: "Courier New",Courier,monospace;"><i>Kutipan puisi dari buku Akar by Dewi Lestari.</i></div><div style="background-color: white; color: magenta; font-family: "Courier New",Courier,monospace;"><i>Engkaulah gulita yang memupuskan segala batasan dan alasan</i></div><div style="background-color: white; color: magenta; font-family: "Courier New",Courier,monospace;"><i>Engkaulah penunjuk jalan menuju palung kekosongan dalam samudera terkelam</i></div><div style="background-color: white; color: magenta; font-family: "Courier New",Courier,monospace;"><i>Engkaulah sayap tanpa tepi yang membentang menuju tempat tak bernama namun terasa ada</i></div><div style="background-color: white; color: magenta; font-family: "Courier New",Courier,monospace;"><br />
</div><div style="background-color: white; color: magenta; font-family: "Courier New",Courier,monospace;"><i>Ajarkan aku, melebur dalam kegelapan tanpa harus lenyap</i></div><div style="background-color: white; color: magenta; font-family: "Courier New",Courier,monospace;"><i>Merengkuh rasa takut tanpa perlu surut</i></div><div style="background-color: white; color: magenta; font-family: "Courier New",Courier,monospace;"><i>Bangun dari ilusi namun tak memilih pergi</i></div><div style="background-color: white; color: magenta; font-family: "Courier New",Courier,monospace;"><i> </i></div><div style="background-color: white; color: magenta; font-family: "Courier New",Courier,monospace;"><i>Tunggu aku,</i></div><i style="background-color: white; color: magenta; font-family: "Courier New",Courier,monospace;">Yang hanya selangkah dari bibir jurangmu... </i>Fairy Tale At Nighthttp://www.blogger.com/profile/10885161554234368946noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1649055532573156546.post-76327387725255084902011-02-19T07:49:00.000-08:002011-02-19T19:21:24.151-08:00Segelas Wine...<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-a__5GFz8Sko/TV_lYIoSfuI/AAAAAAAAABU/t_uCE3HemVU/s1600/029153.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="300" src="http://1.bp.blogspot.com/-a__5GFz8Sko/TV_lYIoSfuI/AAAAAAAAABU/t_uCE3HemVU/s400/029153.jpg" width="400" /></a></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Satu kata untuknya, sempurna.. Yah, sempurna. Untuk para Siwonest yang membaca postingan ku kali ini, ku rasa aku tidak usah memberitahukan kalian lagi fakta-fakta kesempurnaan seorang Choi Siwon. Semua mimpi yang dimiliki namja dan yooja di seluruh dunia tertampung dalam dirinya. Setidaknya ini menurutku. Mungkin, karena aku merasa jauh dari sempurna, maka aku sangat mengaguminya. Terlalu mengaguminya. Sampai tahap kritis dan akut.Tahap tak bisa disembuhkan lagi. Untuk evaluasi, mari kita uraikan satu persatu kesempurnaan apa saja yang dimiliki oleh lelaki berusia 24 tahun, pewaris pusat perbelanjaan paling terkenal di Korea ini. Wajah? Tak usah di tanya. Ibaratnya, dia adalah titisan Apollo yang dikirimkan oleh Zeus untuk membius jutaan wanita di muka bumi ini. Matanya yang coklat bersinar, hidungnya, bibirnya, merupakan paduan maha indah hasil karya Tuhan. Uang? Masalah ini, ku rasa kekayaan Siwon tidak akan habis 7 turunan. Di Suju, member yang paling kaya berdasarkan pendapatan orang tua ya si Bodyguard ini. Tapi, kekayaan lantas tidak membuatnya pongah. Malah, kurasa dia adalah salah satu malaikat dalam Suju selain Leeteuk, Donghae, dan Ryeowook. Dia sangat suka memeluk dan dia baik pada semua orang. Bahkan, dalam penyelenggaraan SM Town 2010 yang lalu, saat pers mewawancarainya, Siwon yang sedang makan malah menawari wartawan itu dengan makanannya. Oh Ya Tuhan, benar-benar idol yang beretika.</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Dan, kekuatan imannya benar-benar ku acungi jempol. Dia selalu berdoa sebelum perform. Di Super Show II, dia menyanyikan Who Am I yang kata temanku adalah lagu rohani gereja. Aku yang bukan Kristen saja merinding mendengar suaranya. Dia juga menyelipkan kata "Thanks God" di tengah-tengah penampilannya tersebut.</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-1OJmobsAoqU/TV_lGLbqctI/AAAAAAAAABQ/zwqLG26tRQI/s1600/2v6.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="266" src="http://3.bp.blogspot.com/-1OJmobsAoqU/TV_lGLbqctI/AAAAAAAAABQ/zwqLG26tRQI/s400/2v6.jpg" width="400" /></a>Choi Siwon, dia terlalu sempurna untuk dijadikan sebagai manusia. Sebagai fansnya saja, aku berusaha mencari-cari kekurangannya. Karena, ku rasa tidak mungkin Tuhan menciptakan manusia sesempurna itu. Fisik, hati, kekayaaan, semuanya dikantongi oleh Siwon. Aku merasa tidak benar jika harus mengaguminya. Tapi, dengan tidak tahu diri hatiku dan egoku terus saja mengambil alih. Aku telah jatuh...</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Siwon adalah segelas wine. Wine mahal dan langka. Sekali meminumnya, kita susah untuk berhenti. Dan kesenangan yang diakibatkan oleh wine itu tidak bisa terkontrol. Wine telah menjadi semacam candu untuk hati kita. Itulah Siwon untukku. Kesenangan candu tanpa penawar. Dia menawarkan surga fana. Menjadikanku tawanan di dalamnya. Tidak mengizinkanku keluar lagi. Dia, tidak datang langsung ke surga itu. Melainkan hanya memandangiku seperti majikan melihat binatang peliharaannya. </div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Tiffany, member SNSD, adalah pacarnya. Ku pikir, gadis itu adalah gadis paling beruntung sedunia.Aku tidak bisa iri dan marah padanya. Karena, dia memang pantas. dia cantik. Berwawasan. Pintar. Berbakat. Lalu aku? Aku hanya satu di antara sekian banyak ELF. Dalam rasio lebih sedikit, aku hanya satu di antara sekian banyak SIWONEST yang mencintainya. Aku merasa sangat bodoh. Cemmburu pada seseorang yang bahkan tidak pernah ku kenal dan ku hadapi tatap muka. Tapi, bukankah ini yang namanya cinta? Berbuat sesuatu yang bodoh untuk orang yang kau cintai? Bahkan jika dirimu sendiri harus ditembus oleh puluhan peluru? Ku pikir... Inilah cinta....</div><br />
<i>Bagaimana seharusnya aku harus menyimpan senyummu?</i><br />
<i>Saat hatiku terlalu kecil untuk kesempurnaan wujudmu?</i><br />
<i>Mungkin..</i><br />
<i>Aku hanya harus diam..</i><br />
<i>Dan membiarkan kau disana seperti yang telah ada..</i><br />
<i>Agar aku tidak tersakiti..</i><br />
<i>Agar aku bisa tetap mengagumimu..</i><br />
<i>Bisa terus merasakan candumu..</i><br />
<i>Tanpa rasa penawar..</i><br />
<i>Kau tatap aku dengan mata coklat itu..</i><br />
<i>Kau tersenyum dengan bibir merah itu..</i><br />
<i>Jangan hiraukan aku..</i><br />
<i>Karena ini hanya nyanyian sendu dari manusia jelata..</i><br />
<i>Bukan seorang dewi yang kau puja..</i><br />
<i>Tetaplah saja disana..</i><br />
<i>Menjadi hiasan untuk surga fana dalam jiwa.</i><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-E6x9SPTX32I/TV_ltQQKuCI/AAAAAAAAABY/vvDSD8Y7WeQ/s1600/w2606039164kp5.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="300" src="http://3.bp.blogspot.com/-E6x9SPTX32I/TV_ltQQKuCI/AAAAAAAAABY/vvDSD8Y7WeQ/s400/w2606039164kp5.jpg" width="400" /></a></div>Fairy Tale At Nighthttp://www.blogger.com/profile/10885161554234368946noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1649055532573156546.post-27375038434523133192011-02-15T18:32:00.000-08:002011-02-15T18:32:55.771-08:00Unlucky Miracle<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Mereka bilang kalian punya segalanya. Otak, keluarga, teman dan wajah. Hal yang lebih berharga dari lembaran rupiah atau kepingan sen dan dolar. Mereka bilang, kalian seharusnya bersyukur, karena yang kalian punya adalah sesuatu yang banyak orang lain inginkan.</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Bah, bullshit dengan semua itu. Apa yang orang lain inginkan? Keluarga? Teman? Apa keluarga dan teman bisa membeli tas Chanel atau coat bermerk seperti Gucci?</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Bagi kalian yang mempunyai hati lembut dan kehidupan sempurna, ku sarankan tidak usah membaca postingan ini. Karena postingan ini hanya berisi kutukan takdir pada siapapun yang telah memainkan hidupku selama 16 tahun terakhir. Kali ini, aku tidak mau munafik dan berpura-pura bahwa segalanya baik-baik saja. Tidak, tidak ada yang baik-baik saja selama ini. Aku hanya berbohong pada diriku sendiri. Ibaratkan saja aku seperti istana pasir. Indah dari kejauhan. Terlihat sempurna tanpa cacat karena tangan terampil yang membentuknya. Tapi, saat kalian menyentuhnya, istana pasir itu hancur dalam waktu sepersekian detik. Yah, aku sangat rapuh jauh dalam sini. Terlalu rapuh bahkan untuk disentuh.</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Aku tidak meminta kalian untuk mengerti. Karena memang tidak ada yang bisa mengerti. Tidak ada yang bisa mengerti mengapa aku bermimpi terlalu tinggi. Tidak ada yang bisa mengerti mengapa aku tetap bernyanyi walau ku tahu suaraku selevel dengan nyanyian kodok di malam hari. Tidak ada. </div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Kata mereka, aku memang mempunyai semuanya. Wajah, otak, keluarga, teman. Tapi, aku tidak mempunyai satu hal yang dia punya. Keberuntungan..... Ya, keberuntungan. aku tidak mempunyai itu. Aku hanya mempunyai satu kesialan yang diikuti oleh kesialan lainnya. Jangan menggurui aku jika kalian tidak tahu rasanya. Pernahkan kalian meletakkan diri kalian di posisi orang yang kalian nasihati? Jika belum, maka diam sajalah...</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Aku bukan orang yang spesial. Aku bukan orang yang hebat. Aku terlalu biasa dan terlalu buruk untuk dikatakan sebagai manusia. Mungkin, ada manusia lain di luar sana yang lebih membutuhkan nafas dan jantung ini daripada aku. Seseorang yang mempunyai masa depan lebih baik daripada yang akan ku jalani nanti. Untuk apa aku hidup? Kalau kalian punya satu alasan bagus, beritahu aku... Tapi, ku rasa jawaban kalian tidak jauh dari jawaban klise yang diberikan teman-temanku.</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Pada saat seperti inilah, aku merasa lelah. Lelah melihat ke atas. Lelah melihat ke depan. Aku lelah mengukur berapa lama lagi perjalanan takdir ini akan membawaku. Aku lelah terus bermimpi saat ternyata mimpi dia lah yang terwujud.</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Terkadang, takdir terlalu lucu bahkan mimpi terasa lebih nyata dan manusiawi. Aku merasa seperti boneka yang dimainkan oleh tangan tak kasat mata. Boneka yang dijahit ribuan kali untuk menutupi cacatnya. Boneka yang dipaksa tertawa bahkan jika seharusnya aku menangis.</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Mungkin, aku memang dikutuk untuk terus mencintai tanpa dicintai. Entah kesalahan apa yang pernah ku perbuat di kehidupan yang lalu. </div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Seharusnya, aku tidak usah mendengarkan cinta ini. Aku tidak usah mendengarkan melodi mereka. Aku tidak usah mengikuti gerakan mereka. Aku tidak usah mengenalnya. Agar aku tetap tinggal di duniaku yang nyaman. Hanya ada aku dan 5 pangeranku. Bukannya 15 orang yang membuat aku terlihat sangat buruk. Ya, 5 orang itu sangat berbeda dengan 15 cowok yang baru saja menjungkir balikkan duniaku 3 bulan yang lalu. Seperti sepatu lama yang kau pakai namun terasa nyaman. Bukan sepatu baru dan mewah namun saat kau pakai kau merasa itu bukan dirimu sendiri. Tapi, kau tetap egois dan berkata bahwa sepatu mewah jauh lebih baik daripada sepatu lama. Saat itu, kau terus membohongi dirimu sendiri. </div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Lalu, pada waktu seperti inilah kau merasa lelah. Kakimu lecet karena sepatu mewah itu ternyata terlalu kecil. Kau lelah. Terlalu lelah. Pada saat kau ingin kembali memakai sepatu lama mu, ternyata sepatu itu telah hilang. Baru kau sadar, kau telah membuangnya bersama barang bekas yang kau anggap tidak berguna lagi. Kau terombang-ambing. Kau tak punya pegangan. Padahal, sepatu lama itulah yang mengantarmu sampai pada titik dimana kau seharusnya bisa berhasil. Keadaan mu sama seperti <i>limbo. </i>Tidak hidup tapi tidak juga mati. Seperti dalam keadaan koma.....</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Yah, itulah aku saat ini. 15 cowok itu terasa terlalu sempurna untuk ku jadikan sebagai pegangan hidup. Sebagai motivasi. Mereka bukan manusia. Mungkin mereka semacam dewa yang dikirim Zeus untuk mengawasi manusia. Tapi, 5 pangeran, yang pernah mengisi hidupku. Hanya manusia biasa dengan segala kekurangannya. Dengan kekurangan itulah, aku merasa manusiawi dengan mencintai mereka. Aku merasa, segala mimpi yang kuciptakan nyata dan tidak mengada-ngada. </div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Aku ingin kembali. Mencintai mereka lagi. Menggali rasa walau hanya secuil. </div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Aku lelah mencintai dewa dan berusaha untuk sempurna saat ku tahu bahwa sesungguhnya aku tidak mampu...</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Karena aku bukan dia yang memiliki keberuntungan..</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Dan untuk mencintai 5 Pangeran-ku, aku tidak butuh kesempurnaan dan keberuntungan. Hanya ketulusan hati. Hanya kasih sayang. Hanya air mata kebahagiaan,,,,</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"> </div>Fairy Tale At Nighthttp://www.blogger.com/profile/10885161554234368946noreply@blogger.com0